KOMPAS.com - Valentino Rossi mengalami masa paling kelam dalam catatan perjalanan kariernya di arena MotoGP. Setelah debutnya musim lalu sangat memprihatinkan, "The Doctor" juga tampil sangat tidak menjanjikan pada awal musim 2012, yang merupakan era perdana mesin 1.000 cc. Dia hanya mampu finis di urutan ke-10 pada seri pembuka di Qatar, Minggu (8/4/12).
Tak heran jika berbagai spekulasi mulai muncul, terutama tentang kemitraan Rossi dan Ducati. Legenda MotoGP, Giacomo Agostini, yang merupakan satu-satunya pebalap yang meraih kemenangan lebih dari Rossi, juga memberikan opininya, seperti yang diutarakan kepada GPone.com.
"Saya sedang menunggu kata-kata kasar seperti itu," ujar Agostini. "Ekspektasi tinggi, dan kekecewaan signifikan. Itu normal. Ketika semuanya berjalan lancar, semua orang menjadi teman terbaik, tetapi ketika sebaliknya, saat itulah masalah mulai muncul. Semuanya tergantung pada hasil; jika mereka mulai menang, semua orang akan jatuh cinta lagi."
Banyak yang berbicara tentang kemungkinan Rossi kembali ke Honda atau Yamaha. Bahkan, ada pula yang berspekulasi, juara dunia tujuh kali MotoGP ini bergabung dengan tim privat, seperti yang dialaminya selama era 500 cc.
"Sulit untuk menjadi pebalap tim privat, karena setelah anda mendapatkan pelayanan pabrik, rasanya seperti langkah mundur," lanjut Agostini. "Pabrikan memiliki sumber daya yang mana tim privat tidak pernah bisa menyamainya, baik selama balapan, atau dalam hal penelitian dan pengembangan."
"Rossi perlu membuat investasi yang signifikan untuk memulai sebuah tim privat. Bagi saya itu berbeda: Saya kembali ke MV hanya karena alasan teknis, karena dua-tak lebih kompetitif. Saya mendapat dukungan dari sponsor penting seperti Marlboro (sponsor yang sama bagi Rossi dan Ducati) dan para insinyur top. Tetapi itu bukan usaha yang mudah.??"
Sebagai pebalap tim privat di MV, Agostini memenangkan Grand Prix Jerman, tetapi juga tak menyelesaikan sejumlah besar balapan, dan berakhir dengan musim terburuk dalam kariernya. Dia pensiun pada akhir musim berikutnya, saat berusia 35 tahun.
"Memiliki penurunan kinerja merupakan hal menyedihkan tetapi tak terelakkan. Sebagai seorang pebalap, sangat sulit untuk menyadari dan menerimanya. Mungkin anda hanya kehilangan sedikit, seperti 2 per 10 lap, dan anda mulai mempertanyakan motor dan tim.
"Anda juga tak boleh melupakan Valentino, yang tidak terlalu tua dari segi usia, tetapi dia memiliki karier yang panjang di belakangnya, memulai balapan pada usia yang sangat muda. Ini seperti jeruk: anda dapat tetap meremas, tetapi pada titik tertentu tidak ada lagi jus."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.