Jakarta, Kompas -
Koordinator Cabang Terukur Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) Utama, Sebastian Hadi Wihardja, Senin (9/1), mengatakan, melihat potensi lifter Indonesia dibandingkan dengan lifter dari negara lain, kelas 56 kg, 62 kg, dan 69 kg merupakan peluang terbesar Indonesia. ”Kalau mau menurunkan, sebaiknya lifter yang berada di peringkat 20 besar dunia. Merekalah yang berpotensi besar menghadapi jago dunia angkat besi,” ujar Hadi.
Berdasarkan data dari Federasi Angkat Besi Internasional (IWF), di kelas 56 kg putra ada Jadi Setiadi. Lifter yang berlatih di Lampung itu memiliki angkatan total terbaru 278 kg yang ia bukukan di SEA Games 2011. Ia kini ada di peringkat keempat dunia.
Jadi masih kalah dari lifter Vietnam, Tran Le Quoc Toan, yang berada di peringkat ketiga dengan total angkatan 280 kg. Namun, potensinya bisa ditingkatkan dalam latihan persiapan intensif.
Di kelas 62 kg, ada Eko Yuli Irawan. Saat ini ia tercatat ada di peringkat keempat dunia dengan total angkatan 310 kg. Selain itu, ada Muhammad Hasbi (peringkat 18 dunia) yang juga memiliki angkatan total 287 kg.
Di antara Eko dan Hasbi tidak ada lifter dari Asia Tenggara yang mengisi. Yang mengisi peringkat di antara dua lifter itu adalah lifter dari Rusia, China, ataupun Korea Selatan.
Di kelas 69 kg, ada Deni yang saat ini menghuni peringkat ke-11 dunia dan Triyatno di urutan ke-12 dunia. Keduanya mencatatkan angkatan total 321 kg.
Di kelas 77 kg, Indonesia punya Sandow Waldemar Nasution yang menghuni peringkat ke-37 dunia. Total angkatan terbarunya adalah 326 kg di SEA Games 2011. Juga Edi Kurniawan di peringkat ke-65 dunia (313 kg).
Namun melihat angkatan total lifter 77 kg yang ada di peringkat 20 besar, yaitu 337 kg, agaknya berat bagi keduanya untuk menghadapi.
Di kelas 85 kg, lifter Indonesia, Samuel Shendy, ada di peringkat ke-91 dunia dengan 311 kg. Sementara lawan terdekat dari Asia Tenggara, lifter Thailand, menghuni peringkat ke-44 dunia dengan angkatan total 342 kg.