Jakarta, Kompas
Copenhagen Masters merupakan event bulu tangkis yang diselenggarakan Federasi Badminton Denmark. Turnamen ini tidak masuk kalender Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) dan juga tidak menyediakan poin untuk penghitungan kualifikasi olimpiade.
Namun, ajang ini cukup bergengsi karena menghadirkan sejumlah pemain papan atas dunia, termasuk semua pemain Denmark. Selain itu, turnamen ini menyediakan total hadiah sebesar 320.000 kroner Denmark.
Hanya empat nomor yang dipertandingkan pada turnamen ini, yakni tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, dan ganda campuran. Sistem pertandingan yang dilaksanakan untuk tunggal putra adalah round robin,
Markis Kido hanya turun di ganda putra berpasangan dengan Nova Widiyanto. Sementara Nova, selain di ganda putra, juga akan turun di ganda campuran, berpasangan dengan Pia Zebadiah.
Dari hasil undian, di babak pertama, Markis/Nova langsung berhadapan dengan pasangan terbaik Denmark, Mathias Boe/Carsten Mogensen. Di ganda campuran, Nova/Pia akan menantang pasangan tuan rumah, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen.
”Karena sudah diundang, saya akan berusaha tampil sebaik mungkin walau dalam turnamen ini saya berpasangan dengan Nova. Sebelumnya, saya juga sudah pernah tampil di turnamen ini dan persaingannya juga sangat ketat,” kata Markis Kido yang sudah berada Kopenhagen, Senin (26/12).
Markis menambahkan, turnamen ini juga menjadi penutup musim 2011, sebelum bersiap lagi untuk musim 2012.
Buat Markis, tahun 2011 menjadi musim yang kurang menguntungkan. Juara Olimpiade Beijing yang berpasangan dengan Hendra Setiawan ini gagal meraih satu gelar pun di sepanjang tahun 2011.
Posisi mereka juga kini agak terancam tidak bisa tampil di Olimpiade 2012, jika tidak mampu memperbaiki posisi ke peringkat delapan besar dunia.
Tahun depan, sedikitnya masih ada sekitar 32 turnamen yang bisa diikuti untuk mendulang pengumpulan poin kualifikasi olimpiade yang akan ditutup akhir Mei mendatang.
Markis/Hendra yang saat ini berada di peringkat ke-10 dunia masih punya peluang untuk menembus posisi delapan besar dengan syarat meraih hasil bagus di 10 turnamen bergengsi.
”Untuk tembus kualifikasi olimpiade, kami masih optimistis. Masih ada waktu buat kami meraih poin dan mudah-mudahan sesuai harapan,” kata Markis.
Nasib Markis/Hendra di musim 2011 hampir sama dengan juara Olimpiade Athena 2004, Taufik Hidayat. Namun, Taufik lebih beruntung sedikit karena akhirnya meraih gelar pertama dari turnamen Grand Prix Gold di India akhir pekan lalu.
Di final, Taufik mengandaskan harapan tuan rumah, Sourabh Varma, 21-15, 21-18.
Taufik menjadi satu-satunya pemain Indonesia yang memperoleh mahkota juara sekalipun Indonesia mempunyai tiga wakil di final turnamen berhadiah total 120.000 dollar AS tersebut.
Ganda campuran Muhammad Rijal/Debby Susanto kandas di final setelah dikalahkan pasangan Thailand yang menjadi unggulan pertama, Sudket Prapakamol/Saralee Thoungthongkam, 21-16, 18-21, 11-21.
Pada final ganda putra, pasangan Indonesia, Christopher Rusdianto/Andrei Adistia, hanya mampu memaksa unggulan teratas Naoki Kawamae-Shoji Sato dari Jepang untuk bermain
Ganda putra lapis kedua pelatnas itu akhirnya menyerah dalam pertandingan selama 54 menit dengan angka 17-21, 21-12, 21-23.
Buat Taufik, meski kelas turnamen ini di bawah Premier Super Series dan Super Series, hasil tersebut cukup bagus untuk menambah poinnya untuk penghitungan olimpiade. Berdasarkan peringkat BWF, Taufik untuk sementara masih tertahan di posisi ke-12. Peringkatnya lima tingkat di bawah pemain pelatnas Cipayung, Simon Santoso.