BANDUNG, KOMPAS -
Dari catatan pertandingan, Satria Muda Britama menjadi tim yang belum terkalahkan dengan mengoleksi lima kemenangan. Disusul Pelita Jaya Esia yang sudah melakoni enam gim dengan satu kekalahan, yakni di tangan Dell Aspac Jakarta dengan 51-58. Sebaliknya, Bimasakti sudah menderita tiga kekalahan, yakni dari Satria Muda Britama (40-71), Garuda Speedy (54-61), Dell Aspac (52-58).
Dalam pertandingan terakhir mereka di Seri I, Pelita Jaya berhasil menggulung Bimasakti Nikko Steel Malang dengan selisih poin cukup telak, 74-37. Tim asuhan Rastafari Horongbala ini hanya menang tipis pada kuarter pertama dan selanjutnya memimpin pada tiga kuarter akhir hingga pertandingan berakhir.
”Permainan anak-anak masih belum konsisten. Terkadang
Dalam laga perdana pada Seri II mendatang, Pelita Jaya dijadwalkan menghadapi Satria Muda. Rastafari mengungkapkan, dia hanya meminta para pemain untuk tampil bagus saja demi permainan yang konsisten.
Begitu pula diungkapkan Eddy Santoso, pelatih Bimasakti. Dia menengarai para pemain timnya menghadapi masalah serius untuk bisa bersaing dengan tim lain, terutama papan atas, seperti Pelita Jaya, Dell Aspac, dan Garuda Speedy. Dua kendala terbesar bagi timnya adalah postur badan yang kalah tinggi dan kecerdikan saat bermain.
”Sudah tahu posturnya kalah tinggi, tapi ngotot beradu. Akibatnya fatal, stamina bermain habis pada paruh kedua,” lanjut Eddy.
Bagi Garuda Speedy, permainan mereka selama seri pertama juga masih banyak catatan. Seperti diutarakan pelatihnya, Antonio Ferry Rinaldo, pertahanan tim layak dibenahi jika ingin tampil gemilang pada seri selanjutnya. Pada malam terakhir di Bandung, Garuda Speedy menekuk CLS Knights Good Day Surabaya, dengan hasil 64-48.
”Setelah kalah 43-73 dari Pelita Jaya Esia Jakarta, kami harus segera bangkit dari keterpurukan,” ujar Antonio.