Raihan keping demi keping medali emas dan kumandang lagu ”Indonesia Raya” dari arena ASEAN Para
Jika peraih emas SEA Games mendapat bonus Rp 200 juta, atlet peraih emas ASEAN Para Games harus puas dengan bonus Rp 30 juta. Memang kehebohan tentang kecilnya bonus atlet ASEAN Para Games membuat pemerintah menambah bonus peraih emas menjadi Rp 40 juta, perak Rp 15 juta, dan perunggu Rp 7,5 juta.
Saram Hidayatullah, atlet tenis meja, mengungkapkan, atlet difabel juga memiliki keinginan yang sama dengan atlet normal, yaitu mengharumkan nama Indonesia. ”Akan tetapi, mengapa bonus untuk kami jauh bagaikan langit dan bumi dibandingkan dengan atlet normal. Kami minta kebijakan pemerintah. Tolong pandanglah kami,” katanya.
Rosita Muslim, juga atlet tenis meja, mengaku sedih karena perlakuan yang berbeda antara atlet normal dan atlet penyandang cacat. Menurut Rosita, walaupun menyandang cacat, atlet ASEAN Para Games tetaplah bagian dari bangsa Indonesia.
Masih banyak keluhan para atlet ASEAN Para Games mengenai kecilnya jumlah bonus yang bakal mereka terima. Namun, para atlet tersebut meminta agar nama mereka tidak disebutkan.
Mereka kecewa dan sedih karena sudah mengikuti pelatnas selama enam bulan, meninggalkan keluarga, sampai meninggalkan pekerjaan. Akan tetapi, bonus yang mereka terima maksimal hanya seperlima dari bonus atlet SEA Games peraih medali emas.
Ketua Persatuan Penyandang Cacat Indonesia (PPCI) DKI Jakarta Leindert Hermeinadi, Jumat (16/12), menuturkan, kecilnya jumlah bonus menyesakkan para atlet. ”Atlet ASEAN Para Games perlu bonus yang lebih besar karena selama pelatnas mereka tidak bekerja, harus bayar utang. Kalau bonus sebesar itu, apanya yang mau dibayar. Semangat bertanding atlet jadi turun,” katanya.
Presiden National Paralympic Committee Indonesia Senny Marbun mengutarakan, atlet difabel layak mendapat bonus besar karena kaum difabel sulit mendapatkan pekerjaan, tidak seperti orang normal.
”Kalau bonusnya besar, mereka bisa manfaatkan untuk macam-macam pekerjaan atau modal usaha. Bisa usaha jahitan, bengkel, atau tambal ban,” kata Senny.