Solo, Kompas -
Emas Thailand yang menyertakan 205 atletnya diperoleh dari renang 9 emas, atletik 6 emas, tenis meja 5 emas, dan masing-masing satu dari ten pin boling dan tenis kursi roda.
Emas Indonesia yang menurunkan 235 atlet diperoleh dari cabang renang 8 emas, tenis meja 6 emas, atletik 2 emas, dan bulu tangkis 1 emas.
Di cabang atletik yang menjadi andalan Indonesia, dari 13 emas yang diperebutkan, Indonesia meraih dua emas dari nomor lempar lembing kelas F55 oleh Famini dan tolak peluru kelas F58 atas nama Alan Sastra.
Hari pertama atletik, Jumat, didominasi nomor balap kursi roda. ”Nomor balap kursi roda ini memang tidak kami unggulkan karena peralatan kita kalah jauh. Untuk kursi roda yang kualitas nomor satu, harganya Rp 60 juta, yang medium Rp 30 juta. Kami pernah meminta bantuan kursi roda akhir 2010. Disetujui, tetapi pengadaannya sampai kini belum turun,?” kata manajer atletik, Slamet Widodo.
Tumpuan emas Indonesia pada nomor lari dan lempar akan dimainkan pada hari kedua atletik, Sabtu ini.
Di Kolam Renang Tirtomoyo, Manahan, Indonesia mengukir enam rekor baru, Jumat kemarin. Keenam perenang pemecah rekor adalah Apia Rumboru pada nomor 50 meter gaya dada, Rahmayana pada nomor 50 meter gaya bebas, Max Tamaro nomor 50 meter gaya bebas, Mulyana nomor 50 meter gaya kupu-kupu, Daniel C Patay nomor 50 meter gaya dada, dan Agus N pada nomor 100 meter gaya punggung.
Emas untuk Steven Sualang, perenang Indonesia di nomor 100 meter punggung, dibatalkan. Nomor ini hanya diikuti dua perenang dari Indonesia.
”Menurut technical delegates ASEAN Para Games, nomor yang dimainkan Steven Sualang tidak ada dalam daftar. Padahal, saya ingat betul, dulu nomor itu ada. Barangkali ada yang salah saat menulis nomor itu dalam edaran yang kami terima,” kata manajer tim renang Indonesia, Dimin.
Merebut delapan emas pada hari pertama renang, menurut Dimin, telah melebihi target. Meski demikian, ada satu target yang meleset, yakni pada nomor 50 meter bebas kelas S14. M Samsi yang berlaga pada nomor tersebut hanya mendapat perunggu. Di sisi lain juga terjadi kejutan. Perenang yang semula tidak diunggulkan, Mulyana, berhasil meraih emas.
Daniel C Patay berhasil memperbaiki catatan waktunya saat ASEAN Para Games V/2009 di Kuala Lumpur, Malaysia, dari 47 detik menjadi 45 detik. Daniel selalu meraih emas sejak ASEAN Para Games IV di Thailand. Namun, ia kurang beruntung pada nomor 50 meter kupu-kupu karena hanya meraih perunggu. Kini, ia menargetkan memecahkan rekor atas namanya sendiri dan meraih emas pada nomor 100 meter dada, Minggu besok.
Daniel, yang kehilangan dua kaki sehingga harus memakai kursi roda, menekuni renang sejak usia delapan tahun. Tahun 1999, ia terkena ledakan bom ikan. Kehilangan dua kaki membuatnya berlatih ekstra keras karena kerja kaki sebagai pendorong utama renang harus digantikan tangan. ”Kalau ada yang bilang atlet difabel berlatih tidak sama keras dengan nondifabel, itu salah. Saya merasakan bedanya karena dulu saat punya dua kaki saya ikut kejurnas renang,” kata Daniel.