Jakarta, Kompas - Pemain ganda putra Markis Kido/Hendra Setiawan tak bisa tampil di final Super Series yang berlangsung di Liuzhou, China, 14-18 Desember. Juara Olimpiade Beijing ini tak berhak berlaga di Liuzhou karena tidak lolos kualifikasi peringkat Super Series BWF.
Sesuai ketentuan turnamen, final Super Series hanya bisa diikuti pemain yang peringkatnya berada di posisi delapan besar. Namun, pemain yang peringkatnya di bawah delapan besar masih berpeluang tampil jika ada lebih dari dua pemain dari satu negara di delapan besar.
Berdasarkan peringkat Super Series, Markis Kido/Hendra Setiawan bertengger di peringkat ke-10. Mereka berada di bawah Alvent Yulianto/Hendra AG yang berada di peringkat kesembilan. Di ganda putra, Indonesia cuma meloloskan pasangan Bona Septano/Muhammad Ahsan yang berada di peringkat kedelapan.
Secara tidak langsung, posisi ini menggambarkan peta kekuatan sekaligus peta persaingan menuju Olimpiade London 2012. Jika sampai April tahun depan Markis/Hendra ataupun Alvent/Hendra AG tidak bisa memperbaiki peringkat menembus delapan besar, maka dipastikan Indonesia cuma mendapat jatah satu tempat. Itu pun dengan catatan, Bona/Ahsan juga tidak tergusur dari posisi delapan besar.
Masih optimistis
Markis Kido sendiri mengaku masih optimistis bisa menembus kualifikasi untuk olimpiade. ”Musim ini, kami tampil kurang bagus karena saya sempat sakit dan Hendra juga cedera. Akan tetapi, peluang olimpiade masih terbuka dan kami akan memulai persiapan dengan tampil di Premier Super Series Korea Terbuka bulan Januari,” kata Markis.
Posisi rawan sebenarnya tidak cuma di ganda putra. Di tunggal putra, Simon Santoso dan Taufik Hidayat bisa tampil di final Super Series karena dua pemain China, Chen Jin dan Du Pengyu, harus mundur karena sudah ada dua wakil China lainnya yang peringkatnya lebih tinggi, yakni Chen Long dan Lin Dan.
Dengan demikian, otomatis Simon dan Taufik yang berada di peringkat kesembilan dan ke-10 bisa tampil menggantikan Chen Jin (peringkat kelima) dan Du Pengyu (7).
Di ganda putri, Indonesia sama sekali tidak mempunyai wakil karena tak satu pasangan pun yang masuk dalam delapan besar. Kondisi lebih memprihatinkan di tunggal putri karena tak ada satu pemain pun di peringkat 25 besar.
Satu-satunya yang meyakinkan adalah pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang tampil dengan modal sebagai pemain peringkat kelima. ”Ya, itulah realitasnya. Ini gambaran persaingan menuju olimpiade. Mau tidak mau, pemain kita harus mengejar poin sebanyak mungkin sampai April mendatang,” kata Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PBSI Hadi Nasri.
Pekan ini, beberapa pemain berlaga di turnamen Grand Prix Gold Korea Terbuka. Peluang terbesar untuk menjadi juara ada di pasangan ganda putri Anneke Feinya/Nitya Krishinda. (OTW)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.