LONDON, KOMPAS.com — Rafael Nadal berharap dapat mengobati prestasi kurang maksimalnya tahun ini dengan menjuarai turnamen akhir tahun, ATP World Tour Finals, yang akan dilangsungkan di London.
Meskipun Nadal mampu menjuarai turnamen Perancis Terbuka tahun ini, pada beberapa pertandingan final ia tidak mampu mengatasi kedigdayaan petenis Serbia, Novak Djokovic. Petenis Spanyol tersebut kalah pada enam pertandingan final dari Djokovic, termasuk di Wimbledon dan AS Terbuka.
Atas serangkaian kekalahan tersebut, ia pun harus menyerahkan peringkat nomor satu dunianya kepada Djokovic. Dia harus puas turun satu strip di daftar pemeringkatan ATP.
Nadal mengakui kalau ada dampak psikologis dari serangkaian kekalahan tersebut. Namun, ia menekankan bahwa dirinya tidak menjadikan Djokovic sebagai sasaran utama.
"Saya tidak bekerja setiap hari dengan memikirkan Novak. Saya bekerja setiap hari dengan memikirkan apa yang saya butuhkan untuk menjadi pemain yang lebih baik, dan itulah yang harus saya lakukan," kata Nadal.
"Novak mengalami tahun yang tak bisa dipercaya. Novak tidak akan berada di level seperti ini sepanjang kariernya, dan orang-orang lain juga memiliki kesempatan. Ia bermain di level yang amat tinggi, level tertinggi yang pernah saya lihat."
Nadal memutuskan untuk beristirahat selama sebulan setelah kekalahan mengecewakan yang ia derita dari Andy Murray dan Florian Mayer di Asia setelah AS Terbuka. Dengan demikian, ia memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan fisik dan mental sebelum pertandingan di London yang akan bergulir pada 20-27 November ini.
"Saya pergi ke Tokyo dan menjalani turnamen yang bagus. Pada set terakhir melawan Andy, saya bermain buruk, sementara dia bermain fantastis," kata Nadal.
"Kekalahan di Shanghai terasa sulit karena saya merasa sedang berada pada momen positif dan memiliki kesempatan untuk bermain bagus. Namun, saya mengalami kekalahan buruk atas Mayer."
"Itu sedikit menyakitkan saya, dan saya merasa harus beristirahat, berlatih lebih sedikit, dan menyembuhkan fisik dan mental."
Nadal, Djokovic, dan beberapa pemain peringkat teratas dunia telah tiba di London 02 Arena untuk turnamen terakhir tahun ini, yang akan dimulai Minggu.
Pada pertandingan pembuka, Nadal akan menghadapi petenis Amerika Serikat, Mardy Fish, sementara Roger Federer dan Jo-Wilfried Tsonga berada di grup yang sama.
Federer memulai pertarungan dengan menghadapi petenis Perancis, Tsonga. Tsonga sebelumnya sempat mengalahkan Federer, ketika keduanya bertemu di Wimbledon pada tahun ini. Kekalahan tersebut terasa biasa bagi Federer yang sedang mengalami musim tak menentu.
Federer sudah tidak memenangi gelar Grand Slam sejak pertama kali memenanginya pada 2002, dan telah membuat para pengamat menganggap bahwa Federer sudah melewati masa-masa terbaiknya.
Federer, yang sekarang berada di peringkat keempat dunia, bersikap tenang dalam menghadapi krisis. Kini, setelah memenangi dua turnamen terakhirnya di Basle dan Paris, tampaknya petenis Swiss ini telah mulai kembali ke penampilan terbaiknya.
"Saya tidak mempertanyakan diri saya sendiri sebab saya merasa telah menemukan apa yang membuat satu persen perbedaan, apakah suatu pertandingan dapat dimenangi atau tidak," kata Federer.
"Saya sangat dekat dengan tahun mengerikan lainnya. Jika saya memenangi tiga atau empat pertandingan lebih banyak pada babak-babak penting turnamen tahun ini, maka semuanya akan benar-benar berbeda."
"Akan sangat menyenangkan untuk memenangi final terakhir, untuk kali keenam. Selalu ada tekanan sebagai juara bertahan, tetapi saya mampu menggunakannya. Saya telah melakukannya beberapa kali."
Grup lain dihuni oleh Djokovic, Andy Murray, David Ferrer, dan Tomas Berdych. Peluang Djokovic menutup tahun hebatnya dengan satu gelar lagi tampaknya cukup ampuh untuk memulihkan fisiknya yang sempat terkena masalah.
Djokovic telah melewatkan salah satu musim terbaik dalam sejarah tenis, setelah ia menjuarai Australian Open, Wimbledon, dan US Open. Ia juga memenangi lima gelar Masters dan hanya kalah empat kali dari 73 pertandingan.
"Tahun ini adalah kesuksesan demi kesuksesan, grand slam demi grand slam. Itu datang dengan sendirinya," ucapnya.
"Itu karena saya bersyukur pada setiap kesempatan, dan saya tetap meletakkan kaki di tanah, tetapi juga selalu menginginkan lebih."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.