Jakarta, Kompas
Selain masalah pemalsuan tiket, panitia belum bisa mengatasi masalah penyalahgunaan wewenang oleh aparat keamanan, baik dari dalam maupun yang diperbantukan dari instansi vertikal, yang memanfaatkan tingginya animo masyarakat menonton sepak bola SEA Games.
Agus Mauro, manajer penjualan tiket Inasoc, kepada wartawan, Jumat (18/11), mengatakan, sedikitnya panitia menemukan sekitar 15.000 tiket yang diduga palsu saat Indonesia berlaga melawan Malaysia. ”Itu perkiraan. Sebagian besar adalah tiket untuk kategori III, II, dan I. Tetapi, tiket palsu untuk VVIP dan VIP juga ada,” katanya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, hasil temuan sementara, tiket VIP dan VVIP yang biasa dijual Rp 500.000 hingga di atas Rp 1.000.000 ditemukan panitia dijual seharga Rp 10.000. Adapun tiket kelas lainnya ditemukan dijual dengan harga bervariasi. Tiket panitia dicetak dengan security paper dan berwarna lebih cerah cenderung mengilap.
Dia menjelaskan, panitia sudah melakukan berbagai cara untuk mencegah pemalsuan tiket, termasuk menggunakan security paper. Namun, Agus mengakui, panitia juga kebobolan karena animo masyarakat yang sangat tinggi untuk mendukung tim Indonesia.
”Awalnya panitia tidak menyadari adanya tiket palsu karena bentuknya mirip sekali. Namun, setelah diketahui, penjualan langsung di lapangan saat menjelang pertandingan segera dihentikan,” katanya.
Panitia mencetak sekitar 70.000 tiket untuk semua kategori pada laga kemarin. Lebih dari 50 persen di antaranya dijual kepada masyarakat luas melalui berbagai jaringan penjualan tiket online hingga ke vendor-vendor tertentu. Selebihnya tiket dijual melalui sponsor-sponsor yang bekerja sama dengan Inasoc dan perkumpulan suporter.
Untuk mengantisipasinya, panitia akan memperketat seleksi pintu masuk di Gelora Bung Karno menjelang pertandingan semifinal dan final.
Haryo Yuniarto, Ketua Komisi Hukum dan Keolahragaan Inasoc, mengatakan, pihaknya belum menghitung kerugian akibat kejadian ini. Dalam kesempatan yang sama, Djasri Marin, Deputi II Inasoc Bidang Teknologi, Media dan Pemasaran, mengatakan, pihaknya banyak dilapori adanya aparat keamanan dan panitia memasukkan calon penonton tak bertiket ke dalam stadion.
Djasri menambahkan, selain memiliki tiket palsu, para calon penonton itu juga menempati bangku yang khusus disediakan untuk para pemegang kartu identitas tamu SEA Games nonpanitia. Melalui jalur tertentu, yang biasanya melalui aparat keamanan, mereka diperbolehkan masuk dengan imbalan sejumlah uang.