”Saya masih tidak percaya, saya bisa merebut emas.”
Kalimat itu meluncur dengan polos dari Erwina Safitri, srikandi panah Indonesia, Selasa (15/11), seusai merebut emas pertama dari cabang panahan. Kalimat itu pula yang berulang-ulang meluncur dari bibir Erwina saat dikerubuti wartawan dan ditanyai tentang perasaannya bisa menang.
Tidak percaya! Sebagai pemanah bukan unggulan, ia malah bisa melampaui beberapa seniornya yang diunggulkan meraih emas. Selain itu, ini juga SEA Games pertama bagi Erwina dan ia langsung menyabet emas. Itu sebabnya ia hanya bisa senyum-senyum menghadapi juru warta yang mengerubutinya.
Keseriusan Wina, demikian Erwina biasa disapa, dimulai saat berumur 11 tahun. Gadis kelahiran Bojonegoro, Jawa Timur, 7 Juli 1993, itu diajak guru olahraganya di SD Campurejo I Bojonegoro, Nanik Suhartati, untuk berlatih memanah.
Ia yang saat itu masih murid sekolah dasar dan mengaku sangat tomboi mau saja ikut berlatih memanah. ”Saya mulai berlatih memanah sejak Maret 2004. Saya tidak langsung memegang busur, saya berlatih menarik atau meregangkan dengan karet ban sepeda dulu,” ujar siswa kelas 3 SMAN 2 Bojonegoro itu, di sela-sela latihan di Lapangan B, Senayan Jakarta, Rabu (16/11).
Tiga bulan berlatih dengan karet ban, ia mulai berlatih dengan busur sesungguhnya, berganti-ganti dengan teman satu timnya di Pengcab Perpani Bojonegoro. Mulai pertengahan 2004 ia berlatih dengan busur yang dipegang sendiri.
”Tahun itu juga, Desember 2004 saya ikut kejuaraan nasional PPLP dan meraih empat emas di jarak 15 meter, 20 meter, 30 meter, dan total,” ujar putri pasangan Kuswanto-Mujinah ini.
Sejak saat itu ia terus berlatih memanah. Periode 2005 hingga 2008 Wina terus mengoleksi emas demi emas di sejumlah kejuaraan.
Erwina pun dilirik pengurus Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) Pratama. Satlak ini khusus menangani para yunior dan remaja untuk disiapkan menjadi atlet yang siap dikirim ke kejuaraan multiajang.
Pada 2010, Erwina dipanggil untuk memperkuat skuad Merah Putih di ajang Olimpiade Remaja (YOG) di Singapura, tahun 2010.