Jakarta, Kompas
Pada laga semifinal di Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brojonegoro, Jakarta Selatan, Rabu (16/11), Ficky kalah atas Zi Yang (Singapura). Sementara Christine takluk dari Tian Wei Feng juga asal Singapura.
Perjuangan tanpa kenal lelah diperlihatkan Ficky dan Christine. Keduanya kalah terhormat dengan skor ketat. Ficky tersandung dengan poin 2-4 (9-11, 5-11, 13-11, 12-10, 2-11). Sementara
Babak final perseorangan putra dan putri mempertemukan atlet-atlet Singapura seluruhnya. Tian Wei Feng meraih emas di nomor tunggal putri setelah mengalahkan Siyun Isabelle Li dengan skor telak 4-0. Sementara Ning Gao mendulang emas bagi Singapura setelah mempecundangi Zi Yang, 4-0.
Sekalipun babak final mempertemukan pemain Singapura seluruhnya, pertandingan tetap berjalan seru. Ratusan penonton memenuhi gelanggang olahraga sembari sesekali meneriakkan nama Indonesia yang mereka rindukan.
Ficky yang menonton laga dari barisan atas tempat duduk penonton mengatakan, keletihan menderanya dalam laga. Itu disebabkan, selain berlaga di nomor tunggal putra, ia juga bermain untuk nomor ganda putra dan ganda campuran.
”Saya sih sangat bersemangat, tetapi fisik tidak bisa dibohongi,” kata Ficky yang lahir di Jakarta, 2 Agustus 1990, itu. Kondisi serupa dialami Christine Ferliana yang juga berlaga pada tiga nomor berbeda.
Selain itu, Ficky menilai, frekuensi uji tanding atlet Indonesia masih kurang sekalipun pemusatan latihan di China dijalankan dengan baik oleh PB PTMSI. Ia menambahkan, bubarnya Perkumpulan Tenis Meja (PTM) Surya di Kediri, Jawa Timur, sebagai kawah candradimuka petenis meja Indonesia membawa dampak besar.
Akan tetapi, faktor nonteknis seperti sempat mundurnya tiga petenis meja putri dan empat atlet putra pada akhir Agustus lalu juga ditengarai memberikan pengaruh bagi soliditas tim. Namun, pelatih tenis meja Indonesia, Abdul Rodjak, menolak berkomentar soal sempat mundurnya sebagian atlet akibat kekecewaan pada sistem seleksi yang dilakukan dengan pemain nontimnas itu.
”Penampilan para pemain sudah maksimal. Namun, belajar dari pemusatan latihan di China, ada beberapa hal yang harus ditata secara lebih profesional, di antaranya dengan waktu latihan yang lebih banyak,” kata Rodjak. Namun, ia mengakui, bubarnya PTM Surya, Kediri, sebagai penghasil atlet tenis meja unggulan Tanah Air adalah persoalan besar bagi pembinaan tenis meja di Indonesia.
Hasil itu memastikan Indonesia hanya meraih tiga perunggu. Padahal, PB PTMSI menargetkan dua dari lima medali emas yang diperebutkan. Masing-masing medali perunggu di nomor tunggal putra, tunggal putri, dan ganda putri.