PALEMBANG, KOMPAS
Pada babak penyisihan yang berlangsung di arena tinju, Palembang, Rabu (16/11), dua petinju putra Rafly Langi dan Matius Mandiangan bergabung dengan tiga rekannya yang telah lolos di babak penyisihan sehari sebelumnya.
Rafly menekuk petinju Timor Leste, Baptista Otnel Negrito Manuel, di kelas bantam putra 56 kilogram (kg), setelah pertandingan dihentikan wasit pada detik ke-40 ronde ketiga. Petinju Sulawesi Utara itu sempat terdesak di ronde pertama, tetapi bangkit membalas dengan pukulan bertubi-tubi. Akibat pukulan-pukulan telak Rafly, Baptista sempat jatuh di pertengahan ronde pertama.
Adapun Matius Mandiangan mengungguli lawannya, Adnan Abdul Awadullah (Malaysia), dengan menang angka di kelas
Tiga petinju yang telah lolos babak penyisihan sebelumnya adalah Hitahirun Dennisius Agust di kelas terbang ringan 46-49 kg, Afdan Bachtila di kelas welter ringan putra 64 kg, dan Alex Tantonos di kelas menengah putra (men’s middle) 75 kg. Empat petinju putri secara otomatis masuk ke semifinal setelah mendapat bye.
Dua babak penyisihan yang tersisa adalah kelas terbang putra 52 kg yang diikuti Julio Bria dan kelas sedang putra 75 kg oleh Alex Tantonos.
Pelatih tinju Agustinus Titaley mengatakan, ia optimistis semua petinju akan lolos ke semifinal. ”Semua petinju fit dan siap menampilkan yang terbaik,” katanya.
Akan tetapi, dari 12 emas yang dipertandingkan, target emas dari tinju hanya dua medali. Dua emas tersebut dari putra dan putri. Target yang relatif sedikit ini karena kemampuan petinju di Asia Tenggara telah merata sehingga sulit untuk dipetakan.
Menurut Agustinus, beberapa negara terlihat semakin membaik di bidang tinju. Vietnam dan Myanmar, misalnya, mempunyai beberapa petinju putri yang kuat. ”Di dekade 1970-an, kekuatan tinju di Asia Tenggara hanya Indonesia, Thailand, dan Filipina. Tetapi, sekarang semua sudah merata,” ujarnya.
Medali emas dari tinju terakhir kali di ajang SEA Games diperoleh Indonesia pada 2003. Setelah itu belum ada yang berhasil membawa kejayaan tinju kembali ke Indonesia, salah satu kiblat tinju Asia Tenggara, era 1970-an.