MUARA ENIM, KOMPAS.com — Aiptu Bader Balvas sudah tak asing lagi dalam acara jelajah sepeda yang digelar harian Kompas. Sebelum mengawal tim Kompas Jelajah Sepeda Jakarta-Palembang 2011, ia juga ikut mengawal tim Kompas Jelajah Sepeda Surabaya-Jakarta 2010. Namun, dalam dua perhelatan itu dia selalu mendapat pengalaman penting.
Dalam jelajah Surabaya-Jakarta, dia mendapat pengalaman unik karena tim harus melewati tanjakan di Trenggalek, Jawa Timur. Ini, menurutnya, tak pantas dilewati sepeda. Selain banyak yang bersudut tajam, tanjakan juga amat panjang.
"Saya sampai menunggu di atas untuk memastikan jalan bersih, sambil penasaran. Ternyata, ada pula beberapa peserta yang mampu melewatinya. Itu benar-benar unik dan memberi pengalaman buat saya bagaimana mengawal tim sepeda di medan berat itu," ungkap Bader saat ditanya Kompas.com di sela-sela istirahat etape ke-7 Kompas Jelajah Sepeda Jakarta-Palembang 2011 (Kompas JSJP 2011) menjelang Prabumulih, Sumatera Selatan.
Ketika ditanya tentang pengalaman besar saat mengawal tim JSJP, dia langsung menyebut etape ketiga antara Kotabumi ke Batu Raja. Hal itu terutama ketika tim harus melakukan night ride (perjalanan malam hari) dari Martapura ke Batu Raja.
"Saya benar-benar ngeri. Ini sangat bahaya dan saya terus terang tegang. Kesalahan sedikit bisa mengakibatkan kecelakaan beruntun dan fatal," ungkap Bader.
Pada 30 kilometer terakhir, tim memang terpaksa melakukan perjalanan malam hari. Yang menegangkan, sebagian besar jalur yang dilewati adalah hutan dengan jalan berkelok-kelok dan penuh tanjakan (rolling).
"Yang tak kalah mengerikan, ternyata tak semua sepeda memakai lampu. Kalaupun ada, lampunya tak bisa menerangi jalan secara sempurna. Kalau ada lubang, bisa-bisa berbahaya," ungkapnya sambil menunjukkan ekspresi ngeri.
Ini membuatnya harus berpikir keras. Dia pun berkonsentrasi penuh, lebih cerewet mengatur jalan dengan pengeras suara. Faktanya, masih ada pula insiden kecil jatuhnya salah satu peserta.
"Untung tak apa-apa. Namun, ini sudah cukup jadi peringatan," katanya.
Pak Bader sangat berkesan bagi para peserta. Selain sebelumnya juga mengawal tim Kompas Jelajah Sepeda Surabaya-Jakarta, dia juga akrab dengan peserta. Bahkan, terkadang dia mengeluarkan candaan-candaan agar peserta tidak terlalu tegang.
Misalnya, ketika mengatur jalan dengan pengeras suara, dia mengeluarkan kalimat-kalimat unik. "Kendaraan dari depan tolong kurangi kecepatan. Ada rombongan sepeda. Kasih jalan dulu, kasihan mereka sedang ngos-ngosan," sindirnya. Meski dengan nada serius, ucapannya tetap menimbulkan tawa bagi peserta yang sebelumnya tegang dan tampak lelah.
"Saya sengaja agar konsentrasi peserta tak hilang dan tetap waspada, juga bersemangat," jawabnya.
Bader memang pribadi yang mudah bergaul dan suka humor. Itu pula yang membuatnya cukup berkesan. Bahkan, peserta sampai memiliki julukan khusus buatnya, yakni "Tuan Takur". Pasalnya, dia memiliki wajah India atau memang keturunan India.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.