Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jati Diri Papua

Kompas.com - 03/11/2011, 02:05 WIB

Bagong Suyanto

Banyak studi membuktikan, di balik kemajuan pembangunan di Papua, ternyata pada saat yang sama melahirkan berbagai problem sosial-budaya di kalangan penduduk lokal.

Selain itu, juga muncul tuntutan untuk melakukan berbagai penyesuaian menyikapi kehadiran situasi dan kondisi baru yang terus berubah karena dihela industrialisasi, modernisasi, dan kehadiran para pendatang dengan segala perbedaan dan kepentingannya (FISIP Unair, 2010; Rathgeber (ed), 2006).

Sejak industrialisasi masuk di wilayah ini, sekitar tiga dekade lalu—belakangan bahkan makin intensif—bisa kita lihat penduduk setempat yang awalnya hidup dalam struktur ekonomi sederhana dan tak mengalami deferensiasi, kini sudah mengenal teknologi modern. Juga pranata dunia industri yang serba kontraktual, tawaran gaya hidup baru, media televisi, dan interaksi sosial kian beragam dengan para pendatang beserta berbagai pranata budaya yang mereka bawa.

Hasil kajian yang dilakukan FISIP Universitas Airlangga (2010) menemukan bahwa dalam perubahan sosial yang terjadi begitu cepat itu telah menimbulkan implikasi dan proses adaptasi yang tidak selalu mudah bagi suku-suku dan penduduk lokal di Papua untuk menyesuaikan diri dengan akselerasi perubahan sosial-budaya dan tuntutan situasi baru yang berlangsung di sekitar mereka. Bukan tidak mungkin, penduduk lokal yang tak kuat dan kurang bisa beradaptasi terhadap perubahan yang berlangsung cepat di wilayahnya akan mengalami gegar budaya.

Solidaritas memudar

Kehadiran industri berikut kompensasi yang diberikan kepada penduduk lokal, selain menyebabkan memudarnya kohesi sosial antara suku satu dan suku yang lain, dalam batas-batas tertentu juga memunculkan terjadinya proses soliterisasi. Proses ini berupa memudarnya rasa solidaritas antarsuku atau antaretnis, makin menguatnya batas-batas deferensiasi sosial antarsuku yang berbeda, dan bahkan ditandai pula dengan lahirnya kecemburuan sosial. Hal itu bisa terjadi karena lahirnya pola stratifikasi sosial baru yang lebih berdasarkan pada basis material, bukan pada tradisi dan hal-hal yang sifatnya berasal dari mereka.

Tekanan dan tuntutan pembangunan serta perubahan baru yang terlalu mementingkan kepentingan politik dan ekonomi menyebabkan polarisasi dalam masyarakat. Bahkan warga masyarakat lokal yang seharusnya merupakan subyek pembangunan justru acap kali terpinggirkan oleh derap modernisasi.

Akibat paling langsung yang terjadi ketika perubahan dan modernisasi di tanah Papua tak lagi bisa dibendung niscaya adalah tergusurnya manusia sebagai anggota komunitas, meruncingnya konflik akibat perbedaan paham, dan menguatnya kerusakan alam akibat eksploitasi berlebihan. Dari banyak kasus, di Tanah Air ini—termasuk di wilayah Papua—masih sering terjadi dan banyak kebijakan pembangunan yang belum mempertimbangkan adanya hak-hak kultural warga negara yang harus dilindungi dan dihormati.

Di kalangan suku-suku pedalaman di Papua, boleh dikata saat ini telah lahir sebuah era baru. Jangan dibayangkan bahwa yang namanya suku-suku pedalaman di Papua hanya diwakili sosok-sosok manusia yang serba tradisional, subsisten, lugu, dan terisolasi dari pengaruh teknologi dan media modern. Tatkala kegiatan industrialisasi makin masif dan para pendatang juga terus masuk, selain terjadi perubahan gaya hidup dan cara berpikir masyarakat setempat, yang tak kalah menarik adalah lahirnya pola hubungan sosial yang makin kontraktual, komersial. Bahkan tak sedikit generasi muda di sana yang memperlihatkan gaya hidup ke-”barat-barat”-an.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal 16 Besar Euro 2024: Dibuka Swiss Vs Italia, Jerman Vs Denmark

Jadwal 16 Besar Euro 2024: Dibuka Swiss Vs Italia, Jerman Vs Denmark

Internasional
Lolos 16 Besar Euro 2024, Romania Bantah Tudingan Manipulasi Skor Vs Slovakia

Lolos 16 Besar Euro 2024, Romania Bantah Tudingan Manipulasi Skor Vs Slovakia

Internasional
Daftar Tim Lolos 16 Besar Euro 2024 Lengkap, Belgia, Turkiye, Georgia Melaju

Daftar Tim Lolos 16 Besar Euro 2024 Lengkap, Belgia, Turkiye, Georgia Melaju

Internasional
Hasil dan Klasemen Akhir Grup F Euro 2024: Georgia ke 16 Besar, Turkiye Menang Dramatis

Hasil dan Klasemen Akhir Grup F Euro 2024: Georgia ke 16 Besar, Turkiye Menang Dramatis

Internasional
Hasil Georgia Vs Portugal 2-0, Gol Kilat Titisan Messi dan Ledakan Amarah Ronaldo

Hasil Georgia Vs Portugal 2-0, Gol Kilat Titisan Messi dan Ledakan Amarah Ronaldo

Internasional
Hasil Euro 2024 dan Klasemen Akhir Grup E, Romania-Belgia ke 16 Besar

Hasil Euro 2024 dan Klasemen Akhir Grup E, Romania-Belgia ke 16 Besar

Internasional
Hasil Ukraina Vs Belgia 0-0, De Bruyne dkk Lawan Perancis di 16 Besar

Hasil Ukraina Vs Belgia 0-0, De Bruyne dkk Lawan Perancis di 16 Besar

Internasional
Turnamen Bulu Tangkis Digelar di 5 Kota

Turnamen Bulu Tangkis Digelar di 5 Kota

Badminton
Menanti Kelahiran Anak, Phil Foden Tinggalkan Kamp Inggris di Euro 2024

Menanti Kelahiran Anak, Phil Foden Tinggalkan Kamp Inggris di Euro 2024

Internasional
LIB Pastikan Tak Ada Batasan Negara Bagi Pemain Asing Liga 1 2024-2025

LIB Pastikan Tak Ada Batasan Negara Bagi Pemain Asing Liga 1 2024-2025

Liga Indonesia
Paul Munster Yakin Malik Risaldi Jadi Pembeda di Persebaya

Paul Munster Yakin Malik Risaldi Jadi Pembeda di Persebaya

Liga Indonesia
Link Live Streaming Ukraina Vs Belgia, Kickoff 23.00 WIB

Link Live Streaming Ukraina Vs Belgia, Kickoff 23.00 WIB

Internasional
Swiss Sudah Tak Sabar Lawan Italia di Babak 16 Besar Euro 2024

Swiss Sudah Tak Sabar Lawan Italia di Babak 16 Besar Euro 2024

Internasional
Persib Tak Asal-asalan Bidik Pemain Timnas Indonesia 

Persib Tak Asal-asalan Bidik Pemain Timnas Indonesia 

Liga Indonesia
Permutasi Grup E Euro 2024, Semua Tim Punya Kans Lolos 16 Besar

Permutasi Grup E Euro 2024, Semua Tim Punya Kans Lolos 16 Besar

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com