KOMPAS.com — Paolo Simoncelli mengungkapkan isi hatinya tentang Marco Simoncelli yang meninggal dunia karena kecelakaan maut saat balapan di Sirkuit Sepang, Malaysia, Minggu (23/10/2011). Berbicara kepada Media Italia, dia mengatakan bahwa putranya tersebut adalah seorang yang istimewa, jujur, dan suci.
"Marco merupakan orang yang sangat spesial, dan mungkin orang sudah mengerti seperti apa dirinya. Jika ia bersumpah ingin melakukan sesuatu, ia akan melakukannya. Lebih dari itu, dia anak yang jujur dan sangat suci," ujar Simoncelli Sr.
"Di atas segalanya, dia adalah seorang prajurit, dan itulah mengapa dia tewas. Hari Minggu lalu itu, dia ingin menang. Dia masih merupakan Marco yang kami kenal di awal musim ini, tetapi sekarang dia tahu apa yang dia lakukan, dia tahu segalanya."
Ketika dia tiba di Roma bersama jasad putranya, dan mereka disambut ratusan fans, Paolo mengatakan, "Jujur, saya tak bisa mempercayai ini. Suatu kebohongan jika saya mengatakan sedang bahagia, tetapi ini (dukungan orang) menyenangkan saya. Kami tak menyadari hal ini, tetapi ini merupakan suatu penghormatan yang luar biasa."
"Besok malam, setelah pemakaman usai, kami akan menyendiri. Ini akan menjadi sesuatu yang mengerikan. Namun, sekarang saya memiliki kalian dan semua orang yang mengunjungi kami. Itu bisa menjadi hal yang menyenangkan kami.
Sang ayah juga mengungkapkan, dirinya sering terganggu dengan kedatangan para pemburu berita atau penggemar. Namun, semuanya tak bisa dihalangi karena Simoncelli memberikan kesempatan yang besar bagi mereka (jurnalis dan fans) untuk bertemu.
"Marco selalu bersedia untuk bertemu dengan jurnalis, begitu juga dengan orang yang akan mengganggunya ketika dia sedang makan. Dia akan memarahiku ketika saya keberatan, dan itulah Marco.
"Marco tak pernah dianggap buruk. Dia selalu dinilai atas apa yang ada dalam dirinya, dan caranya membawakan peran dirinya sendiri. Saya menyayanginya, dan dia pun mencintaiku. Marco sungguh hebat, dan sungguh demikian.
"Dia membutuhkan semua di sekitarnya untuk bekerja. Dia membutuhkan Aligi Deganello—mentor dan kepala teknisinya—timnya, dan ayahnya. Sebelum memulai kerja, kami berjabatan tangan dan berpelukan. Saya juga melakukan itu pada hari Minggu, tetapi saya kira saya mendapatkan sesuatu yang salah. Hal tersebut tidak seperti biasanya.
"Dia menikmati hal sederhana yang ia miliki. Dia suka rumahnya, anjingnya, rumput..., dan faktanya pada Minggu lalu dia mengatakan kepadaku, 'Saya capai, saya ingin kembali pulang ke rumah" karena kami jauh sebelumnya telah bersiap untuk balapan di Malaysia, yang menurutnya selalu menjadi balapan yang sulit. Dia menyeka dirinya dengan es untuk mendinginkan badan sebelum balapan.... Hal itu sungguh sempurna, dia yakin dia akan melakukan yang terbaik. Namun, dia memberi tahu saya, 'Aku ingin pulang ke rumah, Pak'."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.