Dengan sisa lima seri, hanya keajaiban yang bisa membuat Vettel gagal merebut gelar juara dunia kedua kalinya. Keajaiban itu mungkin terjadi jika Vettel absen atau mengalami kecelakaan yang tidak memungkinkannya mengikuti lima lomba secara berturut-turut. Bersamaan dengan itu, Jenson Button harus memenangi kelima seri dan mengumpulkan 125 poin.
Menilik statistik hasil dan penampilan Vettel sepanjang musim ini, keajaiban semacam itu hampir mustahil. Selain memenangi sembilan seri, Vettel juga menjadi runner-up empat kali dan hanya sekali tidak naik podium pada seri Jerman.
Vettel hanya perlu tambahan satu poin untuk memastikan dirinya menjadi juara dunia. Artinya, jika Vettel finis di urutan kesembilan dan merebut dua poin, juara dunia 2010 itu akan mempertahankan mahkota juaranya di musim 2011. Siapa pun yang juara di Sirkuit Suzuka, Jepang, pesta bagi Vettel untuk merayakan gelar juara tidak akan terhalangi.
Namun, Vettel mengaku tidak ingin menjadi juara dunia dengan minimalis. ”Saya merasa mampu mencetak poin yang dibutuhkan, tetapi saya harus benar-benar merebutnya. Dengan perlombaan yang sudah saya jalani, merebut poin terakhir seharusnya bukan problem besar. Namun, gelar juara belum di tangan, kecuali jika sudah benar-benar direbut,” kata Vettel, Rabu (5/10) di London.
Vettel belajar dari pengalaman para juara yang pernah gagal meraih gelar hanya karena lengah. Vettel juga mengalami pengalaman yang mirip saat merebut gelar juara musim 2010.
Menjelang seri terakhir musim 2010, Fernando Alonso memimpin klasemen dengan 246 poin, disusul Webber 238 poin, dan Vettel dengan 231 poin. Alonso calon kuat juara, tetapi Vettel yang juara dunia setelah seri terakhir digelar. ”Tidak ada pesta apa pun sampai saya benar-benar juara dunia. Kami (tim Red Bull) terus berusaha keras untuk menang, dan tak akan bersantai,” kata Vettel.
Jika juara di Suzuka, Vettel menjadi pebalap ketiga dalam 10 tahun terakhir yang juara pada beberapa seri sebelum kompetisi berakhir. Michael Schumacher yang membela tim Ferrari memastikan diri menjadi juara dunia di seri ke-12 dari total 18 seri. Alonso di tim Renault juga mengunci gelar pada 25 September 2005 saat kompetisi berakhir akhir November.
Dominasi Red Bull dan Vettel sudah terlihat sejak digelarnya seri Australia sebagai pembukaan musim 2011. Saat semua tim lain menggunakan Kinetic Energy Recovery System (KERS) untuk menambah tenaga saat mendahului di lintasan lurus, tim Red Bull unggul jauh tanpa sistem itu.
Di setiap seri, Red Bull dan Vettel sudah merancang kemenangan sejak latihan bebas pertama. Vettel biasanya tidak terlalu banyak memutari sirkuit saat latihan bebas demi menghemat ban dan bahan bakar.
Kemampuan adaptasi Vettel yang cukup tinggi membuatnya mampu mengenali karakter lintasan meskipun dalam sedikit putaran. Di sisi lain, tim Red Bull juga cukup cepat memahami setelan mesin dan jenis ban yang harus dipakai.
Selain keunggulan mesin dan desain badan mobil yang aerodinamis, tim Red Bull menerapkan strategi pit stop yang jitu bagi Vettel. Strategi pit stop mampu digunakan untuk keluar dari ketertinggalan pebalap lain atau memperlebar jarak saat memimpin. Tim Red Bull juga kerap memaksakan strategi dua pit stop saat tim lain menggunakan strategi tiga pit stop.
Kombinasi antara pebalap yang hebat dan tim yang cerdik ini membuat dominasi Sebastian Vettel dan tim Red Bull tidak tertahankan di musim 2011. Maka, pantaslah Vettel dan tim Red Bull merayakan gelar juara dunia di Sirkuit Suzuka, empat seri sebelum berakhirnya musim 2011.