Jakarta, Kompas
Wukirasih bermain cemerlang sejak penyisihan Ggrup D. Ia menang dua kali dan tidak terkalahkan sehingga melaju ke semifinal dengan mulus.
Di semifinal, Wukirasih menghadapi rekan senegaranya, Maya Rosa Ariana Stefanie. Sebelumnya, Maya Rosa juga bermain cemerlang dengan menang tiga kali dan tak terkalahkan di Grup C. Maya Rosa melaju ke semifinal tanpa halangan berarti.
Di semifinal, kedua pemain Indonesia itu bermain dengan sangat ketat. Mereka beradu pukulan keras dengan variasi penempatan ke kanan dan kiri.
Namun, Wukirasih bermain lebih sabar sehingga mampu mengumpulkan nilai satu demi satu. Wukirasih akhirnya memenangi pertandingan itu dengan skor mantap 4-0.
Di final, Wukirasih ditantang Chiang Wan Chi. Wukirasih yang merupakan mantan petenis nasional mengandalkan pukulan keras untuk mengumpulkan nilai. Sementara Chiang sangat mengandalkan pukulan pelintir yang sulit dikembalikan.
Berkali-kali Chiang membuat Wukirasih mati kutu saat menghadapi pukulan
”Saya kesulitan mengembalikan pukulan memelintirnya yang sangat baik. Saya perlu berlatih lebih keras agar dapat melakukan pukulan memelintir dan mengembalikan pukulan semacam itu,” kata Wukirasih.
Di tunggal putra, hanya Prima Simpatiaji yang dapat lolos ke babak semifinal. Menjalani penyisihan di Grup D, Prima sempat kalah sekali tetapi menang di tiga pertandingan lainnya sehingga lolos ke semifinal.
Di semifinal, Prima menghadapi pemain Jepang, Takuya Katsura. Takuya bermain taktis dengan membuat Prima pontang- panting, ke kanan dan kiri, sampai akhirnya menang 4-2. ”Dia memang lebih cerdik dan taktis. Saya kalah strategi malam ini,” kata Prima.
Takuya akhirnya menjadi juara dengan mengalahkan finalis dari Korea Selatan, Oh Sung-ryul, dengan skor 4-1.