Tahun 2006, kasus pengaturan skor pertandingan sepak bola menggoyang klub Italia, Juventus, yang menyebabkan ditariknya dua gelar juara Liga Serie A milik Juventus. Tahun 2011, dua kasus pengaturan skor yang menghebohkan terjadi di Korea Selatan dan Turki. Kasus di Korsel menyebabkan 10 pemain dilarang bermain seumur hidup dan seorang pemain bunuh diri.
Sementara di Turki, sesuai berita yang dilansir Senin (4/7), polisi menahan 58 orang yang diduga terlibat pengaturan skor. Kepolisian Turki melakukan penangkapan besar-besaran di 15 provinsi, Sabtu (2/7). Polisi menggerebek kantor-kantor klub sepak bola serta menahan para pemain, pelatih, manajer, dan staf administrasi.
Para pengurus klub Sivasspor, Eskisehirspor, dan Genclerbirligi ditahan.
Ketua klub Fenerbahce, yang merupakan juara liga, Aziz Yildirim, termasuk yang ditahan. Dua pemain Fenerbahce dan dua pengurus klub juga diperika polisi. Yildirim sempat dibawa ke rumah sakit saat diperiksa polisi, Senin. Setelah dirawat, Yildirim dijebloskan lagi ke sel.
Polisi sedang memeriksa dugaan pengaturan skor dalam dua pertandingan antara Fenerbahce melawan Eskisehirspor dan Sivasspor yang dimenangkan Fenerbahce musim lalu.
Kasus pengaturan skor di Turki betul-betul mengguncang negara yang berada di peringkat ke-23 FIFA itu. Politisi Turki ikut bicara, bahkan perdagangan di bursa efek Istanbul terpuruk. ”Kalau 5 persen saja dari tuduhan itu terbukti benar, olahraga Turki sedang gawat. Saya harap kasus ini berakhir dengan pembersihan,” kata Wakil Ketua Partai AK, Huseyin Celik, yang merupakan partai berkuasa di Turki.
Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, adalah keputusan pengadilan yang menyebabkan dimulainya operasi mengungkap pengaturan skor. Ia berharap tidak ada dampak yang meluas dari kasus itu.
Menanggapi tuduhan tersebut, klub Fenerbahce langsung membantah. Dalam situsnya, Fenerbahce menegaskan bahwa mereka tidak pernah terlibat dalam pengaturan skor.
Ada yang menarik dari pernyataan Deputi Perdana Menteri Turki Bulent Arinc. Ia mengatakan, kasus tersebut membuktikan bahwa Turki adalah negara hukum. Pengadilan akan memutuskan orang yang bersalah dengan hukuman penjara. Sementara hukuman bagi klub yang terlibat adalah degradasi. Sederhana dan tegas!