Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengejar Kenangan Masa Remaja

Kompas.com - 01/07/2011, 03:37 WIB

London, Kamis - Tak peduli begitu banyak kecerobohan yang dibuat, 13 kali kesalahan servis ganda dan 18 kali unforced error, Maria Sharapova membuktikan dirinya adalah big server yang lebih baik dibandingkan dengan pemegang rekor servis terkeras, Sabine Lisicki, dalam pertarungan semifinal Wimbledon, Kamis (30/6).

Lisicki pun takluk 4-6, 3-6, dan Sharapova kembali melenggang ke partai puncak untuk mengejar kenangan manis masa remajanya ketika dia menjuarai Wimbledon di usia ke-17, tujuh tahun silam.

Dalam babak empat besar itu, hanya di gim kedua set pertama Sharapova menyerah begitu mudah akibat dua double fault dan dua tembakannya yang membentur net. Sejak posisi tertinggal 0-3 itu, tembakan-tembakan keras Sharapova mampu menutup keteledorannya sendiri.

Di final, Sharapova akan ditantang Petra Kvitova yang mengalahkan Victoria Azarenka 6-1, 3-6, 6-2. Kvitova (21 tahun) tercatat sebagai petenis Ceko pertama yang maju ke partai puncak Wimbledon setelah Jana Novotna menjadi juara pada 1998. Kvitova juga menjadi petenis putri kidal pertama yang menembus final pasca-Martina Navratilova, 21 tahun silam.

Semifinal putra

Nyeri kaki kiri yang terus mendera juara bertahan Rafael Nadal sejak Senin cukup menjadi alasan bagi publik Inggris untuk berharap, dambaan mereka, Andy Murray, bakal mengusung trofi juara Wimbledon. Murray si ”nyaris” juara grand slam akan menantang Nadal pada semifinal, Jumat (1/7) ini.

Murray melaju ke babak empat besar setelah menang straight set 6-3, 6-4, 6-4 atas petenis Spanyol, Feliciano Lopez. Adapun Nadal yang sebelum pertandingan harus diinjeksi penghilang rasa nyeri menyingkirkan Mardy Fish 6-3, 6-3, 5-7, 6-4.

Inggris boleh memiliki turnamen tenis paling prestisius sejagad, Wimbledon. Namun, sejak Fred Perry di era 1930-an, negeri itu tak pernah lagi memiliki jago tenis. Dialah petenis Inggris terakhir yang pernah berjaya di keempat seri grand slam, termasuk juara Inggris terakhir di Wimbledon pada 1936.

Tak heran, Murray yang kini menjadi nomor empat dunia, tetapi belum pernah memenangi grand slam (walau tiga kali ke final, Australia Terbuka 2011 dan 2010 serta AS Terbuka 2008) didambakan bisa mengembalikan kejayaan Perry. Langkah pertama Murray adalah menyingkirkan Nadal yang unggul dalam catatan pertemuan 11-4.

”Aku tak tahu seperti apa rasanya. Namun, itulah yang sering aku pikirkan, yang mendorongku bekerja dan berlatih keras,” kata Murray tentang kemungkinannya menjuarai Wimbledon.

Nadal sendiri mengaku cedera kakinya yang masih misterius bukanlah penghalang untuk mengejar gelar grand slam-nya yang ke-11 di Wimbledon ini. Sejak merasa nyeri saat berlaga di putaran keempat, dia belum tahu penyebab rasa nyeri kakinya itu. Pindai MRI sudah dia jalani, diagnosis ultrasonik sudah, tetapi semua menunjukkan, kakinya tak bermasalah. Karena itu, Nadal akan tetap turun gelanggang dengan ”menidurkan” kaki kirinya lewat obat anastetik.

Mimpi jadi juara Wimbledon juga jadi milik peringkat kedua dunia, Novak Djokovic, yang akan bertemu Jo-wilfried Tsonga di semifinal. (AP/YNS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemain Terlupakan Man City Bisa Dapat Medali Juara Premier League

Pemain Terlupakan Man City Bisa Dapat Medali Juara Premier League

Liga Inggris
Kata Manajer Tim Terkait Ujian Madura United di Championship Series Liga 1

Kata Manajer Tim Terkait Ujian Madura United di Championship Series Liga 1

Liga Indonesia
Resmi Diluncurkan, Honor of Kings Gelar Turnamen Esport

Resmi Diluncurkan, Honor of Kings Gelar Turnamen Esport

Sports
Timnas Jerman Panggil 27 Pemain, Nagelsmann Ingin Juara Euro 2024

Timnas Jerman Panggil 27 Pemain, Nagelsmann Ingin Juara Euro 2024

Internasional
Tiga Klub 100 Persen Lolos Club Licensing, Bukti Konsistensi, Sejarah, dan Pelecut Prestasi

Tiga Klub 100 Persen Lolos Club Licensing, Bukti Konsistensi, Sejarah, dan Pelecut Prestasi

Liga Indonesia
Xavi Menang dalam Laga Ke-100 Latih Barcelona, Bicara Hasrat Juara

Xavi Menang dalam Laga Ke-100 Latih Barcelona, Bicara Hasrat Juara

Liga Spanyol
LaLiga Extratime, Kedekatan Sepak Bola Indonesia dan Spanyol

LaLiga Extratime, Kedekatan Sepak Bola Indonesia dan Spanyol

Liga Spanyol
Daftar Skuad Perancis untuk Euro 2024: Kante Kembali, Ada Mbappe

Daftar Skuad Perancis untuk Euro 2024: Kante Kembali, Ada Mbappe

Internasional
Daftar Skuad Belanda untuk Euro 2024, Ada Pemain Keturunan Indonesia

Daftar Skuad Belanda untuk Euro 2024, Ada Pemain Keturunan Indonesia

Internasional
Ronaldo Masih Termotivasi, Mau Bersaing dengan 'Singa-singa Muda'

Ronaldo Masih Termotivasi, Mau Bersaing dengan "Singa-singa Muda"

Liga Lain
Jadwal Liga Inggris Pekan Ke-38: Man City Vs West Ham, Arsenal Vs Everton

Jadwal Liga Inggris Pekan Ke-38: Man City Vs West Ham, Arsenal Vs Everton

Liga Inggris
Skenario Juara Liga Inggris: Persaingan Man City-Arsenal, Selisih Gol Bisa Krusial

Skenario Juara Liga Inggris: Persaingan Man City-Arsenal, Selisih Gol Bisa Krusial

Liga Inggris
Lisensi Klub PSSI: Arema FC Terima Hasilnya, Catatan untuk Persebaya

Lisensi Klub PSSI: Arema FC Terima Hasilnya, Catatan untuk Persebaya

Liga Indonesia
Persib Vs Bali United: Mimpi Dedi Kusnandar Sang Bocah Lokal

Persib Vs Bali United: Mimpi Dedi Kusnandar Sang Bocah Lokal

Liga Indonesia
Ada Target Baru untuk Shin Tae-yong

Ada Target Baru untuk Shin Tae-yong

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com