Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susi: Kenapa Maria Kristin Dikembalikan?

Kompas.com - 14/03/2011, 21:41 WIB

JAKARTA, Kompas.com - Sejak era Susi Susanti dan Mia Audina pada tahun 1990-an, grafik prestasi bulu tangkis putri Indonesia menukik sangat tajam. Beberapa trofi bergengsi yang dulu pernah hinggap di lemari prestasi Indonesia, kini tak kunjung datang lagi. Kerinduan tersebut sedikit terobati ketika Maria Kristin Yulianti bisa mempersembahkan medali perunggu Olimpiade Beijing 2008.

Namun setelah itu, prestasi para srikandi Indonesia melorot lagi. Para pecinta bulu tangkis Tanah Air, tampaknya harus menunggu lebih lama lagi untuk bisa merasakan eforia yang pernah dihadirkan Susi dan Mia, ketika mereka terakhir kali mempersembahkan gelar Piala Uber pada tahun 1994 dan 1996.

Ya, dulu, para pemain putri Indonesia sangat diperhitungkan di berbagai turnamen, termasuk All England. Susi menjadi satu-satunya pebulutangkis Indonesia yang pernah juara di turnamen tertua dan bergengsi tersebut, di mana dia berhasil menyabet empat gelar pada tahun 1990 dan 1991, serta 1993 dan 1994. Tetapi setelah dia gantung raket dan Mia pindah ke Belanda pada tahun 1999 (ikut suami yang warga negara Belanda), tak ada lagi genarasi penerus.

Harapan itu sempat jatuh ke pundak Maria Kristin. Sayang, badai cedera yang terus membekapnya membuat Maria Kristin "menyerah" dan akhirnya PB PBSI memutuskan untuk mengembalikannya ke klub Djarum Kudus, sebagai "induk" dari salah satu pemain putri terbesar Indonesia tersebut.

Hal inilah yang membuat Susi prihatin. Menurut peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 tersebut, seharusnya Maria Kristin dipertahankan dan diberikan solusi yang tepat untuk mengatasi cederanya, sehingga kepercayaan diri sang pemain bisa bangkit lagi demi meraih prestasi.

"Saya menyayangkan keputusan untuk memulangkan Maria Kristin ke klubnya. Menurut saya, cedera bukanlah alasan yang tepat untuk mengembalikannya, karena dalam kondisi itu (cedera), dia juga bisa mempersembahkan medali di Olimpiade. Jadi, cedera yang dialami itu bukan hal baru," ujar Susi, Senin (14/3/11), mengenai prestasi bulu tangkis putri Indonesia yang tak kunjung membaik.

"Menurut saya, yang perlu untuk Maria Kristin adalah membangkitkan motivasi serta memberikan dukungan yang besar kepadanya, sehingga dia bisa meraih prestasi lagi. Maria Kristin juga punya potensi untuk menarik pemain muda agar punya tekad yang kuat seperti dia."

Susi juga mengakui, bibit-bibit pemain putri Indonesia sangat kurang. Maka tak mengherankan jika para pemain yang ada sekarang sudah merupakan yang terbaik, yang dimiliki Indonesia. Karena itu, perlu penanganan yang tepat terhadap setiap pemain.

"Para pemain putri yang ada di Pelatnas sudah merupakan yang terbaik. Sekarang, tinggal bagaimana cara penanganannya, karena tidak bisa semua pemain disamakan (dalam penangangan)," jelas Susi.

Dia memberikan contoh Maria Febe Kusumastuti. Menurut Susi, pemain yang besar di klub Djarum tersebut termasuk pemain yang punya potensi sangat besar dan masih bisa dikembangkan lagi.

"Maria Febe itu tak kalah dari Ratchanok Inthanon (pemain muda Thailand). Saya sangat berharap agar dia bisa meraih prestasi tinggi, apalagi dia juga adalah pemain dengan tipikal seperti saya. Sekarang tinggal bagaimana cara menanganinya sehingga dia bisa berkembang," jelas Susi, yang pernah diundang asosiasi bulu tangkis Thailand untuk menjadi guru Inthanon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com