”Ini menjadi situasi yang keras bagi dia (Murray), untuk menghadapi tekanan media dan sebagai seorang petenis Inggris,” ungkap Djokovic kepada para wartawan, Sabtu (29/1).
Apa yang dilakukan Djokovic sama seperti yang dilakukan Roger Federer, tahun lalu, sebelum partai finalnya melawan Murray. Saat itu dia menggoda petenis asal Skotlandia itu sebagai ”lelaki malang yang berusaha memenangi kejuaraan utama bagi Inggris Raya dalam 150.000 tahun”.
”Anda tahu, semua orang mengharapkan dia menang di Wimbledon dan menjadi pemain terbaik di dunia, karena dia berasal dari negara asal muasal tenis, itu sejarah yang hebat. Tentu kita semua tahu, Wimbledon adalah turnamen paling prestisius, dan dia menghadapi tekanan itu sepanjang kariernya,” papar petenis Serbia yang pernah memenangi Australia Terbuka pada 2008.
Murray sendiri menegaskan, menjuarai sebuah kejuaraan utama adalah impiannya pribadi dan target pribadinya. ”Soal sejarah, bukan sesuatu yang banyak saya pikirkan, tetapi ini sesuatu yang jelas sekali untuk saya pribadi, saya ingin mencoba dan menang. Tetapi, saya juga tidak ingin menjadikan diri saya terbius sehingga saya bermain seperti pembuat onar dalam pertandingan,” paparnya.
Murray menegaskan, jika dirinya terus memikirkan bahwa tidak seorang pun pernah menang dalam 60 tahun, dia mungkin tidak akan pernah mendapatkan kesempatan lainnya. ”Saya akan memanfaatkan semaksimal mungkin peluang ini, tetapi saya juga perlu memastikan bisa rileks dan tenang di lapangan,” paparnya.
Djokovic menekankan, dirinya tidak menanggung beban apa pun karena pernah menjadi juara di Lapangan Rod Laver.
”Kami sama-sama bermain di final beberapa kejuaraan utama. Kami sama-sama tahu betapa sulitnya bisa mencapai final dan memenangi gelar, khususnya jika ada Rafa Nadal dan Federer sebagai lawan kita,” ungkapnya.
Djokovic menegaskan, dibandingkan ketika dirinya memenangi Australia Terbuka pada 2008, dirinya kini lebih berpengalaman. ”Menghadapi final besok, saya mendapatkan keuntungan mental yang lebih baik,” paparnya.