Surabaya, kompas -
Direktur Polygon Sweet Nice (PSN) Surabaya Harijanto Tjondrokusumo, Jumat (21/1), mengatakan, semua persyaratan ikut Le Tour de Langkawi (LTdL) 2011 sudah dipenuhi PSN. Tiket pesawat keberangkatan tim PSN ke Malaysia, Kamis (20/1) sore, juga hangus. ”Terus terang kami merasa dirugikan. Jika tidak terdaftar sebagai tim kontinental, posisi PSN akan terancam pada agenda lomba balap sepeda berikutnya,” ujarnya di Surabaya.
Pada 2011, PSN setidaknya sudah mendaftar ke sejumlah lomba, seperti Jelajah Malaysia, Tour de Taiwan, Tour of China, dan Tour of Hainan. Selain itu, juga balapan di dalam negeri, seperti Tour de East Java, Tour of Singkarak, dan Tour de Indonesia.
Harijanto menilai tidak masuk akal kalau karena proses perpindahan Rastra Patria dan Mat Nur belum selesai membuat PSN belum juga mendapat rekomendasi PB ISSI untuk menjadi UCI Continental Team (Divisi III). Kedua pebalap tersebut sebelumnya membela DI Yogyakarta, kemudian pindah ke Jawa Timur. Di LTdL 2011, keduanya turun mewakili tim PSN, bukan Provinsi Jawa Timur. Apalagi, panitia penyelenggara LTdL tidak mempersoalkan hal itu.
Ketua Umum PB ISSI Phanny Tanjung mengatakan, PB ISSI bisa mengeluarkan rekomendasi itu. Namun, PSN harus memenuhi syarat-syarat lain untuk menjadi tim kontinental, seperti asuransi atlet dan tanda tangan kontrak. PSN juga diminta untuk menyelesaikan proses kepindahan Rastra Patria dan Mat Nur dari DI Yogyakarta ke Jatim.
Asuransi atlet dan tanda tangan kontrak atlet, ujar Phanny, adalah syarat dari Persatuan Balap Sepeda Internasional (UCI), bukan dari PB ISSI. Kalau syarat itu sudah dipenuhi, PB ISSI akan mengirim surat pendaftaran ke UCI. ”PB ISSI tidak pernah menahan-nahan surat dari PSN. PB ISSI tidak bisa mengirim surat ke UCI karena PSN belum memenuhi syarat itu,” ujar Phanny.
Konsultan PSN Surabaya asal Belanda, Harrie van Der Horst, berujar, kasus ini menjadi preseden buruk bagi pembinaan balap sepeda di Indonesia. Itu disebabkan PSN merupakan satu-satunya wakil Indonesia di LTdL. ”Seharusnya ajang ini dapat menjadi tonggak prestasi pebalap asal Indonesia. Sayangnya, kesempatan itu hilang akibat kasus tersebut,” ujarnya.