KOMPAS.com — Tak perlu menunggu lama, Roger Federer langsung meraih gelar juara pada turnamen resmi pertama yang diikutinya pada musim 2011. Dengan mahkota juara yang diperolehnya di Doha, Qatar, Federer optimistis bisa kembali ke posisi nomor satu dunia yang saat ini ditempati oleh rivalnya, Rafael Nadal.
Federer menjadi juara di Doha setelah mengalahkan Nikolay Davydenko, Sabtu (8/1/2011) di final, 6-3, 6-4. Gelar ini menjadi yang ketiga kalinya bagi Federer di Doha, setelah dia menjadi juara pada tahun 2005 dan 2006.
Adapun Nadal disingkirkan oleh Davydenko di semifinal setelah tidak bisa tampil maksimal karena flu.
"Rafa punya banyak poin untuk dipertahankan pada tahun ini, tetapi dia terlihat percaya diri. Jadi, akan sulit untuk kembali menjadi petenis nomor satu. Namun, kalau saya bermain seperti di sini, saya punya kesempatan. Anda harus punya sesuatu yang spesial untuk menjadi nomor satu dan saya sudah mempersiapkannya," kata Federer seusai mengalahkan Davydenko.
Dengan tujuh gelar juara yang diperoleh pada tahun lalu, termasuk tiga gelar grand slam, yaitu Perancis Terbuka, Wimbledon, dan AS Terbuka, Nadal memang punya tugas berat pada tahun ini. Setidaknya dia harus mempertahankan, masing-masing, 2.000 poin dari gelar juara yang diperoleh di turnamen grand slam.
Federer sendiri sebenarnya memiliki kesempatan untuk menyamai rekor Pete Sampras yang menempati ranking pertama dunia selama 286 pekan pada tahun lalu, jika saja dia bisa menembus semifinal Perancis Terbuka. Namun, hal ini digagalkan oleh Robin Soderling yang menyingkirkan Federer di perempat final.
Tahun ini, dengan modal juara di Qatar, usaha Federer untuk kembali menjadi petenis nomor satu dunia akan dimulai dengan mempertahankan gelar juara Australia Terbuka yang akan berlangsung di Melbourne, 17-30 Januari.
Di sini, Federer harus mempertahankan 2.000 angka, sedangkan Nadal hanya 360 poin karena tahun lalu terhenti di perempat final, setelah mengundurkan diri karena cedera saat melawan Andy Murray.
Peluang terbesar Federer meraih banyak poin pada tahun ini akan terjadi saat memasuki turnamen tanah liat di Eropa karena dia hanya harus mempertahankan 970 poin, sedangkan Nadal tidak boleh kehilangan 5.000 angka setelah tahun lalu menjadi juara di Roland Garros dan tiga Turnamen ATP World Tour yang menjadi pemanasan Perancis Terbuka.
Lepas dari turnamen tanah liat, Wimbledon yang digelar di All England Club akan menjadi turnamen penting, baik bagi Federer maupun Nadal, karena di turnamen lapangan rumput ini kekuatan mereka cukup berimbang. Dalam delapan tahun terakhir penyelenggaraan, gelar juara Wimbledon berada di tangan kedua pemain. Mereka bahkan bertemu di final tiga kali berturut-turut, yaitu tahun 2006-2008.
Jika juara, Federer akan memperoleh tambahan 1.640 angka karena tahun lalu tersingkir di perempat final setelah kalah dari Tomas Berdych. Angka ini kemungkinan besar bisa mengantarkan petenis Swiss tersebut kembali ke posisi peringkat satu dunia.
"Sudah pasti hal ini sangat menantang dan akan sulit dicapai karena Rafa bermain sangat baik," kata Federer.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.