Jakarta, Kompas -
Pengamat dan pelatih bola basket nasional, Toto Sudarsono, Minggu (12/12), mengatakan, sampai hari ini pengelolaan atlet basket lebih banyak di klub dan kompetisi lebih banyak ditangani oleh swasta. Akibatnya, kompetisi bola basket wanita bubar dan ketidakjelasan Kobatama berujung pada terbentuknya Premiere Basketball League.
”Padahal, kalau PB Perbasi mau berbenah, mereka bisa melakukan pembinaan terhadap siswa yang kemudian dibina melalui kompetisi. Itu bisa memunculkan atlet basket nasional juga. Saat ini, atlet bagus dari sekolah tidak jelas arahnya, paling mereka diambil klub,” ujar Toto.
PB Perbasi makin menyedihkan dengan dihilangkannya Komisi Perwasitan. Akibatnya, masalah perwasitan tidak bisa ditangani.
Menurut Toto, persoalan itu menjadi pekerjaan rumah berat bagi pengurus PB Perbasi baru, terutama ketua umumnya. Selain harus cinta basket, bebas perkara hukum, juga profesional, tahu bagaimana mendatangkan sponsor untuk menghidupkan kembali pembinaan, serta tidak berkonflik kepentingan.
Satu dari empat kandidat Ketua Umum PB Perbasi, Ari Sudarsono, mengundurkan diri. ”Saya undur diri karena pemilihan belum mulai, sudah ada kompromi dan dukung-mendukung. Hal itu tidak sesuai dengan nilai luhur olahraga. Pengunduran diri saya sudah saya sampaikan ke PB Perbasi,” ujar Ari.
Ari memilih mundur juga karena ia merasa tidak bisa memenuhi kriteria bahwa ketua umum harus mampu mendatangkan sponsor. ”Ini kekuatan yang saya tidak punya,” ujarnya.
Dalam rangka pengembangan basket, Ari juga memprihatinkan kinerja pengurus daerah yang sangat bergantung pada Pengurus Besar. ”Budaya ini masih ada. Seharusnya, pengda bisa berinisiatif mencari sponsor. Akibatnya memang kekuatan daerah selama ini tidak tergali,” ujar Ari.
Pemilihan Ketua Umum PB Perbasi, 13-14 Desember 2010 ini, akhirnya diikuti tiga calon, yaitu Maruarar Sirait, Anggito Abimanyu, dan Azrul Ananda.