Guangzhou, Kompas
Pada lomba yang start dan finisnya berlangsung di Triathlon Venue, Guangzhou, itu, Triyaningsih mengukir waktu 2 jam 31 menit 49 detik. Catatan waktunya itu memecahkan rekornas atas nama kakaknya sendiri, Ruwiyati. Rekornas Ruwiyati sebelumnya adalah 2 jam 34 menit 16 detik.
Medali emas diraih pelari maraton China, Zhou Chunxiu, yang membubuhkan waktu waktu 2 jam 25 detik, sedangkan medali perak juga digaet pelari China, Zhu Xiaolin (2 jam 26 menit dan 35 detik). Pelari Korea Utara, Kim Kum Ok, meraih perunggu dengan 2 jam 27 menit dan 6 detik.
”Saya sangat senang karena mampu memenuhi target sendiri, dengan memecahkan rekor nasional, sekalipun masih belum bisa mempersembahkan medali di Asian Games kali ini,” tutur Triyaningsih, seperti yang dikutip Boedi Darma Sidi, Manajer Tim Atletik Indonesia untuk Asian Games XVI-2010.
Triyaningsih merasa penampilannya kali ini lebih baik daripada saat ia turun di nomor 10.000 meter karena tak bisa memecahkan rekornasnya sendiri, 32 menit dan 49,47 detik. Saat menyelesaikan nomor yang sama di Asian Games awal pekan ini, ia hanya mampu mencatat waktu 33 menit 7,45 detik sehingga berada di urutan ke-9 dari 11 peserta.
”Saat itu saya terpancing untuk mengikuti kecepatan langkah pelari lain yang sudah mencapai kecepatan 78 detik per 400 meter. Padahal, kecepatan langkah saya rata-rata cuma 74 detik per 400 meter. Saya kesal dengan diri sendiri,” ucapnya.
Pada nomor maraton putra, Indonesia yang menurunkan andalannya, Yahuza (29), juga hanya mampu mencapai urutan ke-12 dari 22 peserta. Hanya 18 peserta yang mampu menyelesaikan lari menempuh jarak 42,195 kilometer itu.
Gelar juara maraton putra Asian Games XVI-2010 diraih Ji Young-jun dari Korea Selatan, dengan waktu 2 jam 11 menit 11 detik, diikuti Yukihiro Kitaoka dari Jepang (2 jam 12 menit 46 detik) dan Mubarak Shami dari Qatar (2 jam 12 menit 53 detik).
”Cuacanya terlalu panas. Saya harus bertarung melawan panas agar tidak seperti beberapa rekan lain yang memilih untuk tidak menyelesaikan lomba ini sebelum mencapai finis. Selain itu, angin yang cukup kencang juga menjadi salah satu penghambat laju lari kami,” tutur Yahuza yang masuk finis dengan waktu 2 jam 35 menit 1 detik.
Akibat panas dan kencangnya embusan angin, Yahuza berlari jauh dari catatan waktu terbaiknya yang sudah mencapai 2 jam 21 menit 56 detik. ”Waktu tersebut diciptakan di SEA Games Laos 2009,” timpal Pikauli, pelatih Yahuza.
Boedi Darma Sidi sudah puas dengan apa yang dicapai Triyaningsih dan Yahuza. ”Sekalipun catatan waktu Yahuza jauh dari waktu terbaiknya, tetapi melihat kecepatan lari atlet lainnya, memang seharusnya Yahuza tertinggal lebih jauh lagi,” kata Boedi.
”Yahuza sudah tertinggal sekitar dua menit dari lawan-lawannya. Ia mampu selesai hingga ke garis finis itu saja kita sudah harus angkat jempol untuknya. Sebab, kalau mentalnya tidak kuat, mungkin dia sudah mengikuti langkah beberapa atlet lain yang memilih untuk mengundurkan diri sebelum sampai finis,” kata Manajer Tim Atletik untuk Asian Games XVI-2010 itu. (Korano Nicolash LMS dari Guangzhou, China)