Dalam jumpa pers di Guangzhou, China, Sabtu (27/11), Andi mengatakan, pemberian bonus atlet peraih medali kali ini berbeda dengan sistem pemberian hadiah pada ajang kejuaraan internasional sebelumnya. Apabila pada ajang-ajang sebelumnya pemerintah memberikan bonus berdasarkan medali yang dihasilkan, kemudian dibagi rata kepada seluruh tim, untuk pemberian bonus kali ini pemerintah memberikan bonus kepada setiap atlet sesuai dengan jumlah dan jenis medali yang diraih.
”Jadi, seperti dalam tim dragon boat atau perahu naga pu-
Perhitungan demikian juga akan berlaku untuk atlet peraih perak dan perunggu. Setiap atlet akan mendapat bonus sesuai dengan jumlah dan jenis medali yang diraih. Untuk medali perak, atlet akan mendapat bonus Rp 200 juta dan medali perunggu Rp 50 juta.
Selain itu, ujar Andi, pelatih dari atlet peraih medali juga akan mendapat bonus. Untuk medali emas yang diraih atlet yang dilatih, pelatih akan mendapat Rp 100 juta; untuk medali perak yang diraih, pelatih mendapat Rp 50 juta; dan untuk medali perunggu yang diraih, pelatih mendapat Rp 30 juta.
”Perhitungan bonus untuk pelatih ini pun juga dihitung atas jumlah dan jenis medali yang diraih,” lanjutnya.
Menurut Andi, Kemenpora total harus menyediakan Rp 160 miliar untuk memberikan penghargaan atas 4 emas, 9 perak, dan 13 perunggu yang diraih atlet-atlet Indonesia di ajang Asian Games XVI-2010 di Guangzhou, China. Bonus akan diberikan langsung kepada atlet, sementara pajak ditanggung negara. Ia memastikan, besaran bonus yang sama dengan besaran bonus Asian Games 2006, Doha, Qatar, itu setimpal dengan usaha dan kerja keras atlet.
”Kami tidak apa-apa memberikan bonus sebesar itu. Kami punya harapan, besaran bonus itu akan memotivasi atlet berprestasi lebih baik,” ujar Andi.
Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia Rita Subowo juga kembali memastikan, perolehan medali Indonesia akan segera dievaluasi seusai tiba di Tanah Air. ”Dari 21 cabang yang diikuti, ada cabang yang melebihi target, sama dengan target, dan meleset dari target. Semua akan dievaluasi,” ujar Rita.
Andi menambahkan, selain pemberian bonus dan evaluasi per cabang, Kemenpora memastikan akan mulai memerhatikan cabang kelas dunia berprestasi tetapi kurang populer, di antaranya angkat besi.
Andi menilai, para lifter Indonesia memiliki dedikasi, militansi, dan prestasi yang mumpuni di tingkat dunia. Tanpa harus menunggu pelatnas atau training camp, para lifter terus berlatih dan menempa diri.
”Kemenpora melalui Satlak Prima (Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas) akan terus mendukung cabang-cabang demikian. Peralatan akan diremajakan dan cabang juga tidak akan dipersulit dalam hal kebutuhan dana untuk pelatihan atau uji coba. Saya kira, atlet-atlet cabang populer harus mulai belajar dari atlet-atlet cabang kurang populer namun berprestasi itu,” ujarnya. (Helena F Nababan dari Guangzhou, China