JAKARTA, Kompas.com - Kasih Hanggoro kembali membawa nama Indonesia di pentas reli paling sulit di dunia, Reli Dakar. Dosen Universitas Budi Luruh dan juga Ketua Badan Pelaksana Harian Yayasan Budi Luhur tersebut tak memasang target muluk, karena ambisinya adalah meraih hasil yang lebih bagus dibandingkan dengan sebelumnya.
Reli Dakar 2011, yang bakal berlangsung dari 1-16 Januari ini, adalah penampilan kedua Aang--sapaan Kasih Hanggoro. Kali ini dia akan tampil dengan tim baru yang merupakan salah satu tim elite Spanyol, Epsilon, serta didampingi navigator Iriatna Yudha Satria.
Pada Reli Dakar 2010, Aang gagal mencapai finis karena mengalami persoalan elektrik. Menggunakan mobil buggy McRae single seater, dia hanya berhasil menembus etape ketiga dan berada di urutan 121 dari total peserta sekitar 200 pebalap.
"Target saya kali ini adalah berusaha sekeras mungkin agar lebih baik dari tahun lalu," ujar Aang, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (25/11/10).
Pria yang hobi berkuda tersebut mengaku, pekerjaannya kali ini bakal sedikit lebih mudah, karena ada navigator. Dengan demikian, dirinya hanya bisa fokus pada pekerjaan utamanya sebagai seorang pengemudi.
"Sekarang mungkin lebih mudah karena tidak single seater lagi, karena ditemani Yudha sebagai co-driver, sekaligus mekanik. Kalau yang pertama (saat masih single seater), saya terpaksa menjalankan tiga tugas sekaligus, yaitu driver, co-driver dan mekanik," tambah Aang, yang kali ini akan menggunakan Mitsubishi Montero V60 dengan kapasitas mesin 3.200cc dan spesifikasi yang sudah masuk standar kelas T-2.
Reli Dakar 2011 ini akan melintasi dua negara di Amerika Selatan, yaitu Argentina dan Chile. Para pebalap bakal menempuh jarak yang sangat jauh, yaitu sepanjang kurang lebih 9.000 kilometer.
Sebagai persiapannya kali ini, pada bulan Oktober lalu Aang sudah menjalani tes mobil yang akan dipakainya. Bahkan, Lucas Cruz, yang merupakan navigator dari juara dunia Reli Dakar Carlos Sainz, ikut memberikan pelatihan.
"Kami banyak mendapat pelajaran dari tes tersebut, misalnya membaca peta yang semuanya berbahasa Perancis, membaca GPS, harus memakai dua jam, bagaimana bisa membuat mobil lebih kencang lagi di pasir, dan beberapa pelajaran lain," jelas Yudha, mengenai hasil ujicoba dengan tim Epsilon tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.