Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LeBron James, Gabungan Bakat dan Usaha

Kompas.com - 07/05/2009, 03:08 WIB

Oleh J Waskita Utama

”Tidak akan ada orang di sana,” pikir Pelatih Cleveland Cavaliers Mike Brown pada suatu pagi di bulan Mei 2008. Pagi itu, Brown mengajak putranya, Elijah, pergi ke fasilitas latihan klub Cavaliers untuk menghabiskan waktu bersama.

Musim 2007-2008 baru saja berakhir untuk Cavaliers. Beberapa hari sebelumnya, tim asuhan Brown kalah menyakitkan dari Boston Celtics dalam semifinal Wilayah Timur. Para pemainnya pun langsung angkat koper menuju Cancun, Riviera, atau lokasi wisata lain bersama keluarga masing-masing untuk liburan panjang.

Ternyata, lampu menyala terang di lapangan latihan ketika Brown tiba. Semakin dekat ke lapangan, terdengar suara pantulan bola basket di lantai hardwood. Rupanya satu pemain memilih tetap tinggal dan berlatih, dia adalah LeBron James.

Elijah terpana melihat pemain favoritnya ada di depan mata, dan sang ayah berkata kepadanya, ”Lihat, LeBron tidak hanya menjadi ’Superman’ saat bertanding di lapangan. Dia berlatih keras jauh melebihi pemain yang lain. Itu sebabnya dia menjadi LeBron.”

James memang tidak pernah berhenti berlatih. Kekalahan dari Celtics sangat mengecewakan James sehingga dia bertekad untuk membalasnya.

”Sejak hari pertama, target saya adalah menjadi juara NBA. Tidak kurang dari itu,” tegas James.

James pun mencanangkan dua perubahan. Hal yang pertama dilakukan secara terbuka meminta General Manager Cavaliers Danny Ferry mencari pemain yang bisa membantunya mengatur permainan dan mencetak angka. Ferry menjawab dengan melepas dua pemain dan mendatangkan point guard Mo Williams.

Hal yang kedua dilakukan James pada dirinya sendiri. Untuk pertama kalinya sejak bergabung dalam NBA sebagai draft pilihan pertama tahun 2003, James serius berlatih fisik. Dia berlatih angkat beban selama 30 menit sebelum bertanding. Untuk kelincahan dan kelenturannya, dia juga mendalami yoga.

James terus memperbaiki fisiknya meski secara alamiah dia lebih unggul dibandingkan dengan pebasket pada umumnya. Majalah Sports Illustrated edisi Februari 2009 secara khusus membahas keunggulan fisik pemain kelahiran Akron, Ohio, 30 Desember 1984, ini. Dalam enam tahun, bobot badannya bertambah 12 kilogram menjadi 120 kg, tetapi ini sama sekali tak mengurangi kelincahannya.

Saat sebagian besar pemain membutuhkan 11 hingga 14 langkah berlari dari satu ring ke ring yang lain, James hanya perlu sembilan atau 10 langkah. Loncatan vertikal dua kakinya tercatat 110 sentimeter, dan 140 cm jika meloncat dengan satu kaki. Ditambah dengan ancang-ancang, dia bisa meloncati lemari pakaian tanpa kesulitan.

Tidak biasa

Ukuran tangan James juga tidak biasa. Panjang tangannya dari pangkal pergelangan hingga ujung jari tengah mencapai 24 cm sehingga dia sudah bisa memegang bola basket dengan satu tangan sejak kelas I SMA.

Satu hal lain, tak banyak orang yang tahu kalau James punya masalah dengan penglihatan jarak jauh karena dia terlalu gengsi untuk memakai kacamata. Baru pada tahun lalu dia menjalani operasi mata.

”Asyik sekali, sekarang saya bisa melihat dengan jelas,” ujarnya.

Dengan penglihatan lebih jelas, James berlatih khusus memperbaiki kelemahannya dalam lemparan lompat. Bersama asisten pelatih Chris Jent, James berlatih lima hari seminggu selama dua jam per hari. Hasilnya, musim ini James menyarangkan 49 persen lemparan lapangan, catatan terbaiknya.

”Penggemar cuma melihat permainan dia yang fantastis dan bakatnya yang luar biasa. Tidak banyak yang tahu usahanya untuk selalu menjadi lebih baik. Jika semua berjalan bagus, dia berlatih keras. Jika hasilnya buruk, dia berlatih lebih keras lagi,” ujar Jent tentang James.

Namun, perubahan terbesar James adalah memperbaiki kemampuan bertahan. Dia kerap turun tangan menjaga bintang tim lawan. Aksinya mengeblok bola belakangan ini ditayangkan ulang di televisi sama seringnya seperti slam dunk James yang terkenal.

Musim ini pun menjadi pembuktian James. Cavaliers dibawanya menjadi tim terbaik dengan 66 kemenangan. James terpilih sebagai pemain bertahan nomor dua terbaik setelah Dwight Howard (Orlando Magic). Ini menjadikan dia pemain paling dominan di kedua sisi lapangan setelah era mahabintang Michael Jordan.

Di almamater

Cavaliers hingga kini masih berjuang di semifinal Wilayah Timur, tetapi James sudah menerima penghargaan lain, yaitu pemain terbaik NBA 2008-2009. Jika pemain lain menerima penghargaan ini di stadion tempat mereka bermain, James memilih tempat yang paling berkesan untuknya: gedung olahraga SMA St Vincent-St Mary, almamaternya.

Dengan pengawalan polisi, Senin (4/5), James mengendarai Ferrari-nya pulang ke Akron, melewati rumah pertamanya di Hickory. Kemudian dia melintasi sebuah rumah di Silver Street, tempat sang ibu, Gloria James, membesarkannya.

James juga mampir sejenak ke The Boondocks, taman bermain tempat dia dan teman-temannya pertama kali bermain basket saat masih kecil. James kemudian memasuki kompleks sekolah lamanya dengan sambutan meriah para siswa yang meneriakkan ”M-V-P!” tanpa henti.

Di sekolah ini, James merintis kariernya sebagai calon bintang. Selama tiga tahun berturut-turut, dia mengantar Fighting Iris memenangi gelar antar-SMA di Ohio, prestasi yang mengantarnya masuk NBA tanpa melewati jenjang perguruan tinggi ketika lulus tahun 2003.

Di gedung bersejarah untuknya itu, James mengucapkan terima kasih untuk keluarga, pelatih, rekan setim, dan pada ibunya yang telah membesarkan dia sebagai orangtua tunggal.

”Saya tak tahu bagaimana Mama bisa melakukan semua ini, terima kasih banyak,” ujarnya.

James mengaku perjalanannya belum selesai. ”Misi saya belum selesai. Saya ingin sebuah perayaan lain yang lebih meriah pada bulan Juni (sebagai juara NBA),” katanya.

Target yang tak mudah, tetapi, seperti kata Brown, menjadi lebih mudah karena usaha James. Latihan keras yang dia jalani membuat rekan setimnya termotivasi melakukan hal yang sama.

”Dia membuat budaya baru dalam tim ini. Saya bisa menyuruh pemain melempar ekstra 1.000 kali, berlatih lebih lama, dan upaya lain. Pemain biasanya terpaksa melakukan itu karena disuruh atau diancam hukuman. Namun, kami tidak melakukannya di sini. Karena pemain seperti James, semua menjalaninya dengan senang hati,” kata Brown menambahkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com