JAKARTA, SELASA - Ketua Panitia Penyelenggara turnamen bulutangkis Astec Terbuka, Susy Susanti, menyatakan komitmennya untuk mempertahankan turnamen itu. Menurutnya, Astec Terbuka merupakan salah satu usaha memassalkan bulutangkis.
"Mudah-mudahan di masa yang akan datang bisa masuk kalender BWF (Federasi Bulutangkis Dunia), karena dengan begitu pesertanya bisa semakin banyak dan mendunia," katanya di Hall Bulutangkis Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (25/11).
Ia mengatakan, dengan semakin banyaknya turnamen, diharapkan cabang bulutangkis semakin populer dan digemari masyarakat luas. Dia juga menyampaikan kekhawatirannya bahwa cabang bulutangkis terancam dicoret dari Olimpiade 2016.
"Harapannya kalau bulutangkis semakin dikembangkan, IOC (Komite Olimpiade Internasional) akan mempertimbangkan bahwa bulutangkis adalah cabang yang diminati," katanya.
"Biar bagaimana pun, baru bulutangkis yang bisa menyumbang medali emas Olimpiade bagi Indonesia, jadi sayang kalau sampai tidak dipertandingkan lagi," ujar peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 tersebut.
Soal Astec Terbuka yang sudah digelar sejak 2005, Susy mengaku puas karena meskipun waktu penyelenggaraan menjadi sembilan hari karena peserta yang membludak, turnamen berlangsung lancar.
Turnamen kali ini diikuti lebih dari 1.800 peserta yang hampir sepertiganya adalah anak-anak. "Itu bagus karena semuanya memang dimulai dari anak-anak," kata Susy.
Hal itu pula yang menyebabkan ia akan tetap mempertandingkan kelompok anak-anak setelah turnamennya masuk kelender BWF kelak. "Saya tidak mungkin meninggalkan anak-anak," katanya seraya menambahkan bahwa dari sana awal munculnya bibit-bibit pemain.
Jaya Raya panen
Klub Jaya Raya panen gelar dengan memenangi enam dari 12 gelar yang diperebutkan dalam tiga kelompok remaja, taruna dan dewasa.
Pada kelompok remaja, klub tersebut menyapu keempat nomor yang dipertandingkan, ditambah kemenangan Bellaetrix Manuputy dan Adi Pratama pada tunggal putri dan putra dewasa, menggenapi kejayaan klub asal Jakarta itu.
Bella yang baru kembali dari Malaysia untuk mengikuti turnamen Malaysia International Challange, memenangi gelar tunggal putri dewasa dengan mengalahkan Maria Elfira dari Klub Djarum Kudus, 24-22 15-21 21-16.
Begitu pula Adi Pratama yang akhir bulan lalu memperkuat tim Indonesia pada Kejuaraan Dunia Junior di India, menjadi juara tunggal putra dengan mengungguli pemain veteran Budi Santoso 21-13 22-20.
Pasangan Djarum Kudus Meiliana Jauhari/Shendy Puspa meraih mahkota juara ganda putri dewasa setelah pada final menang atas pasangan Mutiara Bandung, Ayu Rahmasari/Dwi Agustiawati 21-11 21-17.
Adapun juara ganda putra dewasa dimenangi pasangan Andika Anhar/Ujang Suherlan dari SGS Elektrik Bandung dengan kemenangan 21-13 21-18.
Selain mendapat hadiah piala dan uang pembinaan total sebenar Rp 125 juta, para pemenang juga mendapat hadiah peralatan olahraga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.