BANYAK kalangan mengharapkan Maratua Simanjuntak dapat memainkan peran menjadi rem alias penyeimbang bagi kiprah Ali Umri nantinya. Oleh karena itulah, Maratua dipasangkan sebagai calon wakil gubernur.
Berpasangan dengan Ali Umri bukan merupakan hal baru bagi Maratua Simanjuntak. Apalagi, keduanya kader Partai Golkar. ”Sejak tahun 2004, Pak Umri Ketua Golkar (Dewan Pimpinan Daerah Sumatera Utara) dan saya wakilnya. Begitu juga sekarang, dia mencalonkan diri sebagai gubernur, saya wakilnya,” papar Maratua.
Pengalaman selama empat tahun terakhir itu merupakan modal bagi Maratua untuk menjadi wakil gubernur. Laki-laki yang selalu tampil dengan jenggot putih ini mengaku sudah lama memainkan peran sebagai rem bagi kekuasaan. ”Selama ini saya selalu melakukan tugas untuk menjadi rem bagi pemegang kekuasaan, terutama karena saya seorang dai. Bedanya, sebagai dai saya hanya bisa ngomong lewat mimbar saja,” ucap Maratua yang 18 tahun lebih tua dari Ali Umri.
Begitu pula ketika Maratua menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sejak 1987, juga menjadi bekal untuk menyampaikan segala sesuatu secara lebih lugas. ”Sebagai anggota DPRD, saya bisa lebih langsung menyampaikan masalah yang terjadi. Kalau nanti sebagai wakil gubernur tentu akan lebih cepat lagi bisa memberikan masukan kepada pemegang kekuasaan,” ujarnya.
Satu perasaan
Dari kacamata Maratua, ada satu kesamaan perasaan yang dimiliki Umri dengan dirinya. ”Kami sama-sama tidak bisa melihat orang miskin dan menganggur,” ucap Maratua yang aktif di Badan Amil Zakat (Bazis) selama 15 tahun. ”Manusia terbaik adalah manusia yang mampu membantu orang lain,” tambahnya.
Karena itulah, dalam menyusun program dan visi-misi keduanya merancang program pemberantasan kemiskinan. Rekam jejak Maratua sebagai guru dan dosen juga membuat warna pendidikan menjadi salah satu bagian dari rencana yang akan dilakukan pasangan ini.
H Enteng S, Ketua Umum Lembaga Pemenangan Umri, melihat Maratua sebagai tokoh agama mempunyai peran sebagai pengingat jika ada sesuatu yang menyimpang dalam duet kepemimpinan pasangan ini.
”Pak Maratua itu tokoh ulama. Dengan peran itu, kalau ada yang menyimpang tentu bisa mengingatkan. Ini tepat menurut saya,” kata Enteng.
Enteng mengenal Maratua sebagai tokoh yang hidup sederhana, dengan kemampuan finansial yang biasa-biasa saja. Kendati sebagai ulama terkenal, dia percaya Maratua tidak memandang perbedaan agama sebagai sebuah permasalahan.
”Pak Maratua diharapkan bisa memainkan peran untuk mempersatukan perbedaan suku, agama, dan etnis untuk mencapai tujuan. Saya yakin tidak ada diskriminasi,” papar Enteng. (ART)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.