Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Belajar dari Catatan Waktu Lalu Muhammad Zohri

FENOMENA Lalu Muhammad Zohri sedang melanda Indonesia. Kita semua bangga pada pencapaian remaja 18 tahun tersebut. Ratusan analisis dan berita tentang Lalu Muhammad Zohri pun terus memenuhi linimasa kita beberapa hari terakhir.

Salah satu sudut pandang berita yang menarik adalah tentang catatan waktu Zohri (10,18 detik) yang hampir menyamai rekor Asia Tenggara dan kebetulan dipegang juga oleh sprinter Indonesia, Suryo Agung Wibowo (10,17 detik) tahun 2009.

Berita tersebut memprediksi bahwa Zohri akan memecahkan rekor Suryo Agung Wibowo dalam waktu tidak terlalu lama. Sekaligus mengatakan bahwa era manusia cepat baru Indonesia telah tiba.

Jika kita tarik ke belakang, rekor nasional lari 100 meter pertama yang tercatat di Indonesia adalah 10,50 detik yang dilakukan Mohammad Sarengat di Asian Games 1962 (tidak dicatat IAAF). Rekor ini kemudian dipecahkan oleh Purnomo Yudi menjadi 10,29 detik pada 1984.

Rekor Purnomo dilampaui oleh Mardi Lestari tahun 1989 dengan catatan waktu 10,20 detik. Rekor milik Mardi Lestari bertahan hingga tahun 2009, diganti oleh Suryo Agung Wibowo dengan catatan 10,17 detik.

Artinya, dalam kurun waktu 47 tahun, terjadi perbaikan catatan waktu yang dibuat para sprinter Indonesia sebesar 33 detik (10,50 - 10,17). Bisa dikatakan bahwa terjadi perbaikan waktu rata-rata 0,7 detik/tahun.

Adapun untuk rekor dunia, terjadi perbaikan waktu sebesar 102 detik dalam kurun 97 tahun (10,60 detik oleh Donald Lipppincott tahun 1912 hingga 9,58 detik oleh Usain Bolt tahun 2009). Ini setara dengan perbaikan waktu rata-rata 1,05 detik/tahun.

Pertanyaan menarik timbul dari sejarah perbaikan catatan waktu sprint 100 meter ini, baik di Indonesia maupun di level dunia: "Benarkah manusia mampu berlari semakin cepat?" Jika ya, faktor apakah yang paling berperan, apakah faktor genetik atau faktor lain?

Jika mengacu pada berbagai penelitian yang telah dilakukan, maka faktor yang memengaruhi adalah sebagai berikut:

1. Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi memengaruhi hasil catatan waktu dalam dua aspek: pertama sejak digunakannya alat pencatat digital yang lebih akurat, dan kedua dari sisi teknologi sepatu dan material trek.

Teknologi sepatu lari (termasuk solnya yang menggunakan spikes) dan teknologi lintasan berbahan sintetik ikut membantu pelari mendapatkan grip yang lebih baik sehingga mempercepat akselerasi pada 20-40 meter pertama.

Spikes atau gerigi pada sepatu atletik kali pertama digunakan pada 1936 dan terus mengalami perbaikan dari waktu ke waktu.

Salah satu perbaikan paling signifikan terjadi saat ditemukannya teknologi carbon fiber. Dengan material carbon fiber ini, spikes menjadi lebih keras namun makin ringan.

Model dan desain spikes sendiri juga bervariasi tergantung merek sepatu, namun IAAF membatasi jumlah spikes tidak boleh lebih dari 11 buah di masing-masing sepatu.

Adidas dan Puma pernah membuat desain spikes yang sangat banyak (seperti sikat), tetapi kemudian penggunaannya dilarang oleh IAAF.

Penelitian tentang berapa besar pengaruh spikes dalam menambah kecepatan lari seorang atlet lari sprint adalah sebagai berikut:

(1) signifikan jika dibandingkan atlet tersebut tidak menggunakan sepatu (barefoot);

(2) signifikan jika atlet tersebut menggunakan sepatu tanpa spikes;

(3) tidak signifikan antarjenis dan model spikes yang berbeda.

Teknologi material lintasan lari juga berkembang untuk mengurangi penetrasi spikes ke dalam lintasan.

Hal ini karena spikes yang menancap ke lintasan justru membuat pelari harus mengeluarkan energi yang lebih besar untuk mengayunkan langkah berikutnya.

Pada Olimpiade London 2012, teknologi trek baru diperkenalkan dengan menggunakan dua layer yang masing-masing berperan untuk memberikan cengkeraman (grip) dan di saat yang sama meminimalkan kedalaman penetrasi spikes.

2. Seleksi genetik

Terjadi seleksi genetik yang dilakukan semua cabang olahraga dalam 30 tahun terakhir. Khusus untuk lari 100 meter, terdapat studi yang meneliti genetika para sprinter asal Jamaika termasuk Usain Bolt yang mendominasi cabang ini.

Dalam studi tersebut, ditemukan bahwa para atlet Jamaika memiliki gen ACE (angiotensin-converting enzyme, atau D Allele) yang lebih tinggi dibanding dibanding rata-rata manusia. Gen ini berperan untuk memompa oksigen ke dalam otot melalui darah.

Di dunia ini, kadar gen ACE paling tinggi dimiliki oleh manusia yang berasal dari pantai barat Afrika. Dari sanalah nenek moyang orang Jamaika berasal.

Orang Jamaika menjadi lebih spesial karena nenek moyang mereka yang berasal dari pantai barat Afrika telah mengalami "seleksi" dalam perjalanan di kapal-kapal yang mengangkut mereka sebagai budak ke Jamaika.

Ruang kapal yang pengap dan rendah oksigen mengakibatkan ratusan ribu budak meninggal dalam perjalanan. Hanya mereka yang punya daya tahan tinggi saja (terutama yang memiliki gen ACE tinggi) yang berhasil bertahan.

Inilah yang kemudian diwarisi oleh para atlet Jamaika, yaitu varian gen ACTN3 dengan kode 577RR yang menentukan kekuatan otot untuk melakukan kontraksi secara repetitif (dalam bentuk asupan oksigen melalui darah).

Hampir 75 persen atlet Jamaika memiliki varian ini, sedangkan hanya 70 persen saja atlet kulit hitam Amerika Serikat yang memilikinya.

3. Angin dan ketinggian

Oleh IAAF, angin dan ketinggian secara resmi dimasukkan sebagai faktor yang memengaruhi kecepatan pelari. IAAF selalu mencantumkan kecepatan angin dan arahnya ketika mencatat sebuah rekor baru.

Ketinggian lokasi pertandingan juga dianggap berpengaruh karena di dataran rendah angin cenderung berembus lebih kencang dibandingkan di dataran tinggi.

Makin banyaknya stadion atletik indoor juga dianggap memberi kesempatan bagi IAAF untuk menghitung catatan waktu dalam lingkungan yang terkontrol.

4. Latihan

Secara teori, manusia dapat berlari dengan kecepatan maksimal 65 km/jam. Hal ini berdasarkan studi dari Peter Weyand (Southern Methodist University) yang menggunakan eksperimen perhitungan beban maksimal dan repetisi yang mampu ditolerir kaki manusia.

Padahal manusia tercepat saat ini, Usain Bolt, baru mampu berlari dengan kecepatan 45 km/jam. Lalu bagaimana manusia dapat meningkatkan kecepatannya 20 km/jam lagi?

Weyand mengatakan bahwa para pelari top dunia saat ini belum berhasil mengeluarkan potensi maksimal mereka.

Dia membuktikan dengan melakukan eksperimen di treadmill, di mana para pelari bisa membuat catatan waktu yang jauh lebih baik dibanding ketika mereka berlari di lintasan biasa.

Di treadmill, para pelari bisa meningkatkan intensitas dan frekuensi ayunan kakinya karena bantuan lintasan treadmill yang berputar.

Kondisi juga mungkin dipengaruhi psikologi para peserta eksperimen yang tanpa sadar berusaha sekuat tenaga untuk tidak jatuh dari treadmill.

Penelitian Weyand ini menunjukkan bahwa secara teori (di atas treadmill), intensitas dan frekuensi ayunan kaki pelari masih bisa dipercepat lagi (sampai mencapai kecepatan 65 km/jam maksimum).

Tinggal bagaimana cara pelari mendesain latihannya agar dia juga bisa mencapai intensitas dan frekuensi tersebut di lintasan sebenarnya.

Beberapa metode latihan telah dikembangkan untuk mencapai kecepatan optimum yang bisa dicapai oleh manusia.

Keempat faktor di ataslah yang di antaranya berperan dalam meningkatkan catatan waktu para pelari 100 meter. Sekaligus juga menjawab pertanyaan utama di awal tulisan ini: "Benarkah manusia makin cepat?"

Jawabannya, "Ya", dalam konteks penggunaan teknologi sebagai alat bantu serta rancangan metode latihan untuk mengeluarkan potensi optimal manusia.

Ini semua berpatokan pada teori bahwa manusia seharusnya mampu berlari dengan kecepatan 65 km/jam.

Saya yakin, Indonesia melalui PB PASI telah melihat keempat faktor yang diulas di atas sebagai bagian dari strategi peningkatan prestasi di masa depan. Termasuk juga saya meyakini bahwa Gen ACE/ACTN3 dengan varian 577RR yang dominan pasti juga bisa ditemukan di salah satu dari ratusan suku bangsa dan etnik di Indonesia.

Keragaman dan kekayaan variasi genetika inilah yang harus kita maksimalkan dengan melakukan penelitian yang sistematis dan terintegrasi.

Semoga sedikit rangkuman dan ulasan ini bermanfaat. Salam olahraga!

https://olahraga.kompas.com/read/2018/07/17/17520778/belajar-dari-catatan-waktu-lalu-muhammad-zohri

Terkini Lainnya

Jawaban soal Kans Nathan Dipanggil STY ke Timnas U23 Indonesia

Jawaban soal Kans Nathan Dipanggil STY ke Timnas U23 Indonesia

Liga Indonesia
Saat Shin Tae-yong Merasa Tak Enak Hati Usai Troussier Dipecat Vietnam...

Saat Shin Tae-yong Merasa Tak Enak Hati Usai Troussier Dipecat Vietnam...

Internasional
Liverpool Mundur dari Perburuan Alonso, Ada 2 Kandidat Pengganti Klopp

Liverpool Mundur dari Perburuan Alonso, Ada 2 Kandidat Pengganti Klopp

Liga Inggris
Keputusan Sudah Diambil, Xabi Alonso Satu Musim Lagi di Leverkusen

Keputusan Sudah Diambil, Xabi Alonso Satu Musim Lagi di Leverkusen

Bundesliga
Link Live Streaming Laga Liga 1 Malam Ini, PSM Makassar Vs Borneo FC

Link Live Streaming Laga Liga 1 Malam Ini, PSM Makassar Vs Borneo FC

Liga Lain
Man City Vs Arsenal: Meriam ke Kandang Macan, City 38 Laga Tak Terkalahkan

Man City Vs Arsenal: Meriam ke Kandang Macan, City 38 Laga Tak Terkalahkan

Liga Inggris
PSM Vs Borneo FC, Catatan Gemilang Tim Tamu Bikin Tavares Sulit Menutup Mata

PSM Vs Borneo FC, Catatan Gemilang Tim Tamu Bikin Tavares Sulit Menutup Mata

Liga Indonesia
Pengamat Malaysia Soroti Kemajuan Timnas Indonesia, Puji Prinsip STY

Pengamat Malaysia Soroti Kemajuan Timnas Indonesia, Puji Prinsip STY

Timnas Indonesia
Sorotan Media Korea Selatan ke 'Magis Shin Tae-yong' Bersama Timnas Indonesia

Sorotan Media Korea Selatan ke "Magis Shin Tae-yong" Bersama Timnas Indonesia

Timnas Indonesia
Gianluigi Buffon Bergabung, Italia Tak Akan Mengecewakan di Euro 2024

Gianluigi Buffon Bergabung, Italia Tak Akan Mengecewakan di Euro 2024

Internasional
Target Medali Indonesia Olimpiade Paris 2024 Tunggu Kualifikasi Semua Cabor

Target Medali Indonesia Olimpiade Paris 2024 Tunggu Kualifikasi Semua Cabor

Olahraga
Chelsea Vs Burnley: Sterling dan Pochettino Paham Kemarahan Fan

Chelsea Vs Burnley: Sterling dan Pochettino Paham Kemarahan Fan

Liga Inggris
Alphonso Davies Dapat Ultimatum Bayern, Madrid Pantau Situasi

Alphonso Davies Dapat Ultimatum Bayern, Madrid Pantau Situasi

Bundesliga
Persaingan Kiper Persebaya: Andhika Tahan Penalti, Ujian untuk Ernando Ari

Persaingan Kiper Persebaya: Andhika Tahan Penalti, Ujian untuk Ernando Ari

Liga Indonesia
Barito Putera Vs PSIS: Nikmati Pertandingan Usai Sikat Juara Bertahan

Barito Putera Vs PSIS: Nikmati Pertandingan Usai Sikat Juara Bertahan

Liga Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke