Semua berawal dari ajakan pelesir dari kawan-kawan sepermainan ke tempat tersebut. Anak muda mana, kala itu, yang tak menampik ajakan semacam itu?
Jadilah, pemilik nama lengkap Marinus Melianus Yowei ini memilih tak bertepuk sebelah tangan untuk ajakan tersebut. Terlebih lagi, jalan-jalan kali ini punya misi tersendiri, mencari ikan di laut untuk lauk makan selama piknik.
Marinus, kelahiran 1 Mei 1988, pun tak lupa membawa bekal khusus. Tak main-main, bekal itu adalah bom ikan rakitan. Berbahaya memang. Namun, meledakkan bom berbasis pupuk itu adalah cara singkat mendapatkan ikan. Begitulah yang dipahaminya.
"Bom itu lalu saya bakar," tuturnya dalam sebuah tayangan televisi setahun silam.
Untung tak dapat diraih, malang tak bisa ditolak. Bom itu meledak sebelum dilemparkan ke laut.
Naas baginya. Ledakan bom yang kuat membuat Marinus terlempar hingga tujuh meter. "Tubuh saya terluka hampir 90 persen," ujarnya.
Tak cuma itu. Serbuk pupuk dari bom itu muncrat dan memercik ke mata Marinus. "Di situ saya mengalami gangguan penglihatan," ujarnya sembari menambahkan bahwa dirinya sempat menjalani operasi mata karena kejadian itu.
Seakan tanpa harapan, begitulah perasaan Marinus usai mengalami musibah itu.
"Saya kecewa dan sudah putus asa. Saya berpikir mau jadi apa nantinya, saya bingung. Saya diejek-ejek teman. Saya sempat memakai kacamata selama tiga bulan karena itu," tuturnya.
Berenang
Timbunan kekecewaan itu, bagi Marinus yang anak nelayan, rupanya tak berusia lama. Adalah atlet asal Papua, Daniel Patay, yang datang kepadanya, mengalihkan nyaris sebagian besar keputusasaan Marinus. "Memang aku salah, tetapi aku yakin Tuhan pasti punya rencana lain," ujarnya.
Perlahan tetapi pasti, Marinus membalikkan keadaan. Salah satu bekalnya adalah kemampuan berenang. "Anak nelayan kan bisa berenang," katanya menyunggingkan senyuman.
Memilih lebih fokus pada olahraga renang bagi Marinus adalah pilihan tepat. Kerja kerasnya pun membawakan hasil memikat.
Tiliklah catatan dari laman paralympic.org. Di situ, Marinus bertengger di urutan ke-13 untuk renang 50 meter gaya bebas S13 pria. Lantas, untuk lomba 100 meter gaya dada putra, Marinus ada di urutan ketujuh.
Pertumbuhan prestasinya makin moncer tatkala bertanding di Singapura pada 2015 di perhelatan ASEAN Para Games. Untuk kelas 100 meter gaya dada putra, torehan rekornya adalah 1 menit dan 14,29 detik.
Nah, pencapaian terkini Marinus adalah di ASEAN Para Games 2017 di Malaysia. Pada pergelaran tersebut, Marinus berhasil menyumbangkan tiga emas untuk kontingan tim difabel renang Indonesia.
Dia juga sekaligus memecahkan 3 rekor Asian Para Games sebelumnya, masing-masing untuk nomor 50 meter SB13 dan 100 meter gaya dada putra SB13, serta 50 meter gaya bebas putra SB13.
Hebatnya lagi, semua atlet difabel Indonesia pun mampu unjuk gigi sehingga berhasil membawa republik ini menjadi juara umum di perhelatan dua tahunan tersebut.
Saat ini, Marinus bersama rekan-rekannya, para atlet difabel Indonesia, kian menempa diri untuk bertarung kembali di Asian Para Games 2018.
Asa yang membuncah lantaran berkah prestasi di Malaysia akan diwujudkan di rumah sendiri. Ya, di Tanah Air Indonesia, mereka kian mengukir prestasi. Semoga!
https://olahraga.kompas.com/read/2017/12/03/10010001/musibah-bom-ikan-antarkan-marinus-berkelimpahan-berkah