BANDUNG, KOMPAS.com - Ketua KONI DKI Jakarta Raja Sapta Ervian merasa prihatin dengan penyelenggaraan PON XIX Jawa Barat yang dianggapnya tidak profesional.
Menurut pria yang akrab disapa Eyi tersebut, wasit di PON XIX tidak profesional dan merugikan atlet serta kontingen DKI. "Karena kami mempersiapkan mereka (atlet) selama bertahun-tahun dan atlet pun latihan pagi sore selama bertahun tahun. Tetapi dihancurkan hanya pada satu atau dua hari," kata Eyi, di Hotel Patra Jasa, Bandung, Jawa Barat, Selasa (27/9/2016).
Kemudian dia juga kecewa dengan panitia penyelenggara PON XIX, terutama untuk cabang olahraga renang indah. Tim renang indah DKI tidak bisa mengikuti pertandingan karena adanya batasan usia dalam technical hand book (THB), yakni 26 tahun.
"Kami kehilangan potensi tiga medali emas. Padahal secara administrasi semua kami penuhi, mereka lolos Pra-PON, ada surat yang menyatakan mereka sah dari KONI pusat dan PB PON, tapi tidak diperbolehkan bertanding, dan ini akan kami proses lebih lanjut," kata Eyi.
Selain renang indah, kecurangan juga terjadi pada cabang olahraga terbang layang. Panitia penyelenggara mempermasalahkan keabsahannya administrasi atlet cabang olahraga tersebut. Padahal, seluruh syarat administrasi telah dipenuhi.
"Secara keseluruhan untuk kedepannya ini menjadi perhatian seluruh pemerintah, baik pemerintah provinsi atau pusat agar benar-benar melihat penyelenggaraan event di negeri ini tuh dipastikan benar untuk ajang prestasi," kata Eyi.
Di samping itu, dia juga memprihatinkan sambutan suporter tuan rumah kepada suporter asal Jakarta. Eyi menyebut, suporter tuan rumah tidak memandang suporter dan kontingen DKI Jakarta seperti saudara sendiri.
Contohnya saat pertandingan polo air yang mempertemukan tim Jawa Barat dengan Sulawesi Selatan dalam fase semifinal di Kawasan Olahraga Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (19/9/2016) lalu.
Akibat kerusuhan itu, atlet polo air DKI Jakarta yang tengah menyaksikan pertandingan ikut terkena imbas. Atlet DKI putra dan oknum penonton berseragam terlibat adu jotos.
"Kita semua ini satu bangsa dan setanah air, tidak perlu ada intimidasi, tidak perlu ada hal hal yang dianggap membahayakan," kata Eyi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.