KOMPAS.com - Dua pebulu tangkis tunggal putra dunia, Lee Chong Wei (Malaysia) dan Lin Dan (China), mengungkapkan rivalitas mereka melalui surat. Dalam salah satu petikan suratnya, Lin Dan menyebut dirinya dan Lee seperti Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.
Surat ini kemudian menjadi viral di dunia maya, bahkan telah mendapatkan 11.000 likes dan 15.000 kali dibagikan. Akan tetapi, dari hasil penelusuran New Straits Times, surat itu ternyata hoax.
"Ini hanya fiksi, teman-teman," tulis Ruey Ping di Facebook seperti dilansir dari New Straits Times.
Surat itu karangan sejumlah fans yang melakukan pengandaian terkait bagaimana isi surat Lin Dan ke Lee Chong Wei, dan begitu pula sebaliknya.
Berikut ini sebagian kutipan isi surat Lin Dan dan balasan Lee Chong Wei yang telah menjadi viral di media sosial tersebut:
"Momen saat kamu melempar raket sambil melompat tinggi dan tersenyum setelah mengalahkan saya, membuat saya sangat senang. Kita berdua sudah saling kenal selama 16 tahun. Saat itu, kita masih menjadi pionir, sedangkan Taufik Hidayat dan Peter Gade masih bersaing. Kita bukan siapa-siapa.
Kita berdua sudah pernah melalui banyak kekalahan dan kemenangan. Tetapi, saya sedikit beruntung karena sering menang dalam turnamen besar. Kamu merupakan pemain yang memiliki rasa tanggung jawab lebih besar daripada saya dan kita berdua berjuang dengan keringat serta semangat kita sendiri.
Kita seperti Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi di mana kehadiran satu sama lain mewakili persaingan yang abadi. Tanpa disadari, di sini kita bertemu pada Olimpiade Rio yang merupakan Olimpiade keempat kita.
Pada pertandingan ke-37, kita bertemu dan saya kalah dari kamu. Jujur saya tidak menyesal. Kamu rival terbesar saya dan saya rela dikalahkan kamu. Saat saya memeluk kamu, saya benar-benar merasa semua yang terjadi selama 16 tahun terakhir seperti mimpi.
Selayaknya persaingan di atas lapangan, Lee seakan tak mau kalah. Seusai menerima surat dari Lin Dan, Lee langsung menulis surat balasan yang isinya memuji kiprah Lin Dan.
"Ketika saya pertama kali bertemu kamu dan kita berfoto bersama pada 2000, saya ingat saat itu kamu selalu ingin terlihat keren dan baik. Kamu suka mengenakan mantel dan sepasang sepatu yang mengilap. Saat itu, kita berdua masih sangat muda dan saya tidak pernah berpikir cerita kita akan begitu lama dan menarik.
Sayangnya, dunia kejam. Pada Olimpiade Beijing 2008, kamu bermain dalam performa terbaik sehingga membunuh harapan saya pada saat-saat terakhir mimpi saya hampir menjadi nyata. Padahal, saat itu saya berada di peringkat pertama dunia. Selanjutnya, saya berusaha mengalahkan kamu, tetapi saya hanya memiliki medali perak."
*Catatan redaksi: Berita ini merupakan koreksi tulisan sebelumnya yang telah dimuat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.