BALIKPAPAN, KOMPAS.com — Wakil Sekjen PP PBSI Ahmad Budiarto menyebut, selain memperebutkan medali Olimpiade, negara-negara besar bulu tangkis juga harus berjuang menyelamatkan eksistensi cabang ini di Olimpiade.
Hal ini dikatakan Budiarto menyangkut adanya ancaman sanksi dari Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) terhadap pemain, pengurus, ataupun perangkat pertandingan yang diketahui terlibat dalam pengaturan hasil pertandingan.
"Setelah kejadian yang melibatkan pemain kita, Korea, dan China di Olimpiade London 2012 lalu, ada usaha untuk menyingkirkan bulu tangkis dari Olimpiade," kata Budiarto saat menghadiri acara Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis Djarum 2015 di GOR Hevindo, Balikpapan, Minggu (27/03/2016).
"Ini ditandai dengan adanya somasi dari Monaco untuk mencoret bulu tangkis dari Olimpiade karena dianggap tidak sportif," katanya.
"Untung ada beberapa hal yang membuat somasi tersebut gagal. Pertama, peringkat bulu tangkis sebagai olahraga populer di dunia naik dari peringkat D ke C. Kemudian, ternyata Jepang bisa mengalahkan Spanyol sebagai tuan rumah Olimpiade 2020 mendatang. Jepang sebagai tuan rumah tentunya berkepentingan agar bulu tangkis tetap tampil di ajang tersebut," ujarnya.
Namun, Budiaro menyebut pihak BWF tak ingin mengambil risiko untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pengaturan hasil pertandingan seperti saat Olimpiade 2012 lalu.
"Kalau dulu para peserta kompetisi sudah mengetahui calon lawan yang akan dihadapinya sejak babak awal. Kali ini sesudah babak awal, para calon lawan akan diundi," kata Budiarto.
"Yang bisa kita ketahui hanyalah peserta dari negera yang sama hanya mungkin bertemu di babak akhir atau babak final," ungkapnya.
Pada ajang Olimpiade, untuk setiap nomor, setiap negara hanya dapat diwakili oleh maksimal dua peserta. "Jadi, kalau di nomor ganda campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto hanya mungkin bertemu pada babak final," lanjutnya.
Untuk Olimpiade Rio de Janeiro mendatang, kontingen Indonesia menargetkan dua medali emas di nomor ganda putra dan ganda campuran. Ia mengakui, dengan semakin meningkatnya permainan Debby Susanto/Praveen Jordan, beban di pundak Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir relatif sedikit berkurang.
"Kita tentu berharap akan terjadi All Indonesian final. Namun, dengan munculnya Praveen/Debby jadi kekuatan utama, kedua pasangan ini bisa saling jadi pembuka jalan buat wakil Indonesia lolos ke final."
Sementara itu, untuk ganda putri, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari sebenarnya memiliki persyaratan untuk setidaknya meraih medali di ajang Olimpiade kali ini. "Mereka kan juara Asian Games dan pernah mengalahkan semua ganda putri terbaik dunia," kata Budiarto.
Sekarang, pihak PP PBSI tinggal berharap pada komitmen dan tekad Greysia/Nitya untuk mencatat hasil maksimal di Rio de Janeiro. "Sekarang tinggal pada mereka, siap dan mau mencapai target mendapat medali itu atau tidak karena bila siap dan mau konsekuensinya adalah persiapan latihan yang maksimal, disiplin dalam gaya hidup dan asupan makanan, dan nutrisi," lanjut Budiarto.
Hingga saat ini, Indonesia baru meloloskan ganda putra Hendra/Ahsan, ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto, tunggal putra Tommy Sugiarto, dan ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari.
"Kita masih berpeluang menambah Angga (Pratama)/Ricky (Karanda Suwardi) di nomor ganda dan satu atlet di nomor tunggal putri yang merupakan jatah setiap negera peserta."
Untuk menentukan nama yang lolos ke Olimpiade, PP PBSI menetapkan empat kriteria, yaitu pertama, hak penentuan sepenuhnya pada PP PBSI. Kedua, berdasarkan peringkat BWF, ketiga, bila peringkat berselisih tipis, maka dilihat head-to-head kedua calon dengan para pemain dunia yang tampil di Olimpiade, dan keempat, dilakukan pertandingan penyisihan.
Ahmad Budiarto mengaku ini untuk menghindari kasus yang terjadi pada Olimpiade 2012 lalu ketika PBSI lebih memilih Firdasari Adrianti daripada Maria Febe Kusumastuti. "Sekarang hal serupa mungkin tejadi antara Maria Febe dan Linda Wenifanetri. Jadi, untuk fair, kami menetapkan kriteria tadi," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.