Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Berpeluang Besar Juara Dunia Beregu

Kompas.com - 06/08/2015, 19:00 WIB
JAKARTA, Kompas.com - Indonesia berpeluang besar merebut gelar Juara Dunia Beregu dalam Kejuaraan Dunia Ketepatan Mendarat Paralayang VIII FAI (8th FAI World Paragliding Accuracy Championship/WPAC) 2015, 9-16 Agustus 2015.

Bukan hanya saratnya pengalaman para pilot (sebutan bagi atlit Paralayang) Putra dan Putri senior juara di tingkat internasional, yang didukung kemajuan pesat para pilot muda pelapis membangkitkan harapan besar tuan rumah. Pilot Terbaik Putra Nasional 2014, yang juga peraih empat medali emas SEA Games 2011, Thomas Widyananto bersama Juara Seri Piala Dunia Ketepatan Mendarat Paralayang (PGAWC) Putri 2012- 2014 Lis Andriana serta Juara PGAWC 2011 Milawati Sirin, akan menjadi motivator ulung bagi para pilot muda nasional masa depan.

Namun, mengingat Paralayang adalah olahraga alam, faktor tuan rumah akan sangat berpengaruh karena pilot kita sudah sangat mengenal medan lomba. Banyak pilot asing peserta WPAC 2015, belum pernah terbang di Puncak. Sehingga pilot kita harus mengejar nilai bagus sejak ronde awal, di saat para pilot asing masih “meraba-raba jalan”.
          
Bahkan bukan tidak mungkin, para pilot junior timnas Indonesia akan sanggup mengungguli seniornya. Asalkan mereka percaya diri, mampu menjaga emosi menghadapi para pilot asing, dan tidak hilang konsentrasi terutama jelang mendarat. Karena dalam nomor Ketepatan Mendarat, keberhasilan menginjak tepat di titik nol adalah incaran untuk menjadi juara.

Pada ajang Pra WPAC di Puncak, Jawa Barat, Agustus tahun lalu, sebagai kesempatan ujicoba lokasi lomba WPAC 2015, para pilot lapis kedua Indonesia membuktikan potensi besar mereka. Alexander Herdono keluar sebagai juara kelas Putra, diikuti Purnomo Alamsyah, Dede Supratman dan pilot tim nasional Nanang Sunarya. Di kelas Putri Lis Andriana hanya menempati peringkat ketiga. Sedangkan Ike Ayu Wulandari meraih juara, diikuti Rina Kusumaningrum. Adapun pilot asing yang turut hanya dari Singapura, Malaysia dan Khazakstan.

Kejuaraan resmi Kategori I (Antar Negara) Federasi Aeronautika Internasional (FAI), induk olahraga dirgantara dunia, merupakan yang kedelapan kalinya dan akan berlangsung di Gunung Mas, Puncak, Jawa Barat, 9-16 Agustus ini. Pertama kali digelar di luar Eropa, Kejuaraan Dunia kali ini adalah yang terbesar, diikuti lebih dari 100 pilot (sebutan untuk atlit Paralayang). Tak kurang dari 126 pilot dari 19 negara sudah menyatakan hadir, 27 di antaranya putri.

Meskipun medali emas diberikan untuk masing-masing kelas Putra dan Putri, namun medali emas nomor Beregu hanya satu, yaitu gabungan pilot Putra dan Putri. Tiap negara boleh mengirim maksimal sepuluh pilot, tapi hanya jumlah nilai dari empat pilot teratas tiap negara (putra maupun putri) yang dihitung sebagai nilai beregu negara itu. Negara dengan jumlah nilai terkecil yang berhak meraih medali emas Beregu. Dalam nomor Ketepatan Mendarat Paralayang, penerbang dengan nilai terkecil justru yang menjadi juara. Berarti ia lebih sering mencatat jarak terpendek dari titik nol saat mendarat.
          
Bagi Divisi Paralayang Persatuan Gantolle dan Paralayang Indonesia (PGPI) sebagai pelaksana kejuaraan, ini adalah kesempatan terbaik membuktikan pada Komite Olimpiade Indonesia (KOI) bahwa cabang olahraga dirgantara Paralayang sangat layak mengikuti Pekan Olahraga Bangsa-Bangsa Asia, Asian Games 2018 Indonesia. Selain torehan prestasi di tingkat dunia yang sudah diraih para pilot nasional sejak Asian Beach Games 2008 di Bali, memborong 10 dari 12 emas SEA Games 2011 dan Juara Seri Piala Dunia Ketepatan Mendarat Putri berturutan sejak 2010, Paralayang memiliki daya tarik luarbiasa menarik wisatawan lokal maupun dunia untuk berolahraga udara di Indonesia (Aerosport Tourism).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com