Bagaimana pendapat Anda terkait kondisi bulu tangkis Indonesia saat ini?
Kita harus bersabar. Saingan semakin banyak. Kita harus lebih giat untuk mengembalikan prestasi. Ini sudah dirintis oleh Hariyanto Arbi dan Candra Wijaya. Saya sampai mengeluarkan air mata karena terharu. Masih ada yang peduli. Kalau bersatu, kita bisa (sambil menangis).
Pada zaman saya, raket masih dari kayu. Kalau bermain, di pasar malam. Yang terpenting, kita harus ada kemauan dan persatuan.
Apa yang harus dibenahi?
Sejujurnya, dana harus ada. Dengan demikian, kita bisa membangun fasilitas. Kini olahraga terlalu mahal dan tidak terjangkau.
Kalau mengandalkan negara, sudah tidak bisa. Swasta harus bergerak. Klub-klub juga perlu diperbanyak.
Berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan prestasi bulu tangkis Indonesia?
Lima hingga sepuluh tahun. Tergantung, ada kemauan atau tidak? Ada dana atau tidak? Kalau tidak ada dana, jangan ngomonglah.
Apakah ada perbedaan mental antara era Anda dan saat ini?
Sebelum main dulu, saya harus membayangkan bagaimana nanti saya bermain. Sudah terekam di dalam otak. Beda dengan sekarang. Video sudah ada.
Kalau anak sekarang, video saja gak mau nonton. Anak-anak sekarang terlalu enak. Banyak main hape saja. Dulu mah tidak ada.
Belum lagi ada physical distractions. Kehadiran mal, hape, dan mobil. Kalau dulu, jalan kaki ke mana-mana. Secara tak langsung, fisik juga terlatih. Kalau anak-anak sekarang, semua sudah tersedia.
Bagaimana pendapat Anda terkait sistem perhitungan poin saat ini?
Bulu tangkis sekarang lebih susah. Sekarang tidak boleh berbuat salah. Satu kesalahan berarti poin buat lawan. Kita dikelecein (dibodoh-bodohi) terus sama orang Barat.
Sejak ada Thomas Cup, belum ada orang Barat menang. Kalau tidak Malaysia, Indonesia, RRC (Tiongkok), atau Jepang. Jadi, mereka (Eropa) menang diplomasi.
Kalau singkat dan padat, kita sulit untuk melawan negara-negara Eropa. Belum keringatan, pertandingan sudah habis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.