"Peak performance kami sepertinya di semifinal kemarin. Hari ini, selain lawan yang main lebih siap, kami juga banyak terbawa permainan mereka. Kami juga banyak tertekan dan melakukan kesalahan sendiri. Ini menjadi pelajaran bagi kami," kata Liliyana, usai pertandingan.
Di semifinal, Sabtu (7/3/2015), Tontowi/Liliyana bermain luar biasa saat menundukkan unggulan kedua asal Denmark, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen, 21-17, 21-11.
Bertemu Zhang/Zhao di final, mereka tak bernah bisa bersaing dan selalu tertinggal dalam pengumpulan angka.
"Di gim pertama kami banyak melakukan kesalahan. Terlalu mudah bagi lawan untuk memperoleh poin. Jadi mereka juga seperti di atas angin terus. Mereka hari ini main lebih rapi, sementara kami terlalu terburu-buru. Padahal, harusnya kami lebih tenang karena kami sudah tiga kali juara," kata Liliyana lagi.
"Saya pribadi main hari ini banyak tertekan, permainan saya tidak keluar secara maksimal, banyak error sendiri. Kami banyak ambil pelajaran dari pertandingan hari ini, harus evaluasi lagi ke depannya," tambah Tontowi.
Kekalahan ini sekaligus menghentikan catatan fantastis Tontowi/Liliyana yang menjadi juara All England tiga kali berturut-turut, pada 2012, 2013, dan 2014.
"Kami tidak puas dengan hasil ini, tetapi kami sudah berusaha di lapangan. Mereka tampil lebih baik, kami harus mengakui itu. Kami banyak mengambil pelajaran dari game hari ini. Ke depannya banyak yang menjadi target kami," ungkap Liliyana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.