Pada babak pertama, meskipun menang straight game atas Kenta Nishimoto (Jepang), Sony sempat melewati laga sengit berdurasi 44 menit dengan skor akhir 21-8, 25-23. Tentunya pertandingan ini cukup melelahkan untuk Sony, pemain berusia 30 tahun tersebut.
"Saya tidak melihat siapa-siapa yang menjadi lawan saya. Hasilnya tergantung dari diri saya sendiri. Kalau saya yakin dengan permainan saya, pasti bisa. Saya memang sengaja bermain seefektif mungkin dan saya memegang irama permainan," kata Sony kepada Badmintonindonesia.org.
"Di gim pertama skor sempat ramai karena saya tidak yakin dan ada keraguan. Kalau main full takutnya stamina terkuras. Jadi, terlalu banyak mikir. Namun, setelah keyakinan saya kembali, saya lebih enak mainnya," imbuh Sony.
Sony juga mengaku tak mematok target di kejuaraan berhadiah total 120.000 dollar AS ini. Meskipun tak lagi muda dan tak tergabung dalam tim nasional, Sony masih memiliki semangat yang menggebu-gebu untuk tetap eksis di kancah perbulutangkisan dunia.
"Saya tidak pasang target di turnamen ini. Kalau penampilan saya bagus, otomatis yang lain mengikuti. Seperti keyakinan saya meningkat, ranking saya naik, dan sebagainya. Ini adalah pertandingan saya yang terakhir di tahun 2014. Namun, selanjutnya saya masih mau main kok. Soal pensiun? Wah, masih jauh," ujarnya sambil tertawa.
Sony menjadi wakil tunggal pertama yang lolos ke babak 16 besar. Masih ada satu wakil lagi yang belum bertanding, yaitu Fikri Ihsandi Hadmadi, yang akan melawan Lee Hong Je (Korea). Sementara itu, Andre Marteen dan Evert Sukamta gagal melaju ke babak 16 besar. Sebelumnya, dua pemain muda Firman Abdul Kholik dan Riyanto Subagja terhenti di babak pertama dari para pemain unggulan.
"Selanjutnya, saya akan berhadapan dengan Sai Praneeth. Pemain-pemain dari India senang bermain reli. Saya mesti siap dari segi stamina," ujar Sony.