Saat ini, di pelatnas masih bercokol nama besar Sony Dwi Kuncoro, Dionysius Hayom Rumbaka, dan Tommy Sugiarto. Namun, tentunya ini tidak cukup. Dari segi peringkat dan usia, tentu hanya Tommy yang diandalkan untuk saat ini. Sony sudah melewati masa jayanya, sementara Hayom tak kunjung matang setelah bergabung di pelatnas.
Jonatan atau Jo memenuhi kriteria untuk menjadi pemain harapan tersebut. Berpostur tinggi dengan penampilan good-looking, kini prestasinya paling tinggi di antara pemain yunior Indonesia.
Pemain kelahiran 15 September 1997 ini pernah meraih sederet kejuaraan, seperti Kejuaraan Daerah DKI Jakarta 2008, juara I Kejuaraan Yunior Asia U-15 (di bawah usia 15) di Ichiba, Jepang 2010; runner-up Djarum Sirkuit Nasional Bali Open 2012; juara ASEAN School 2013; serta juara I di Indonesia International Challenge (IIC), Juli 2013 lalu.
Di final IIC, Jo bahkan mampu mengalahkan seniornya yang jauh lebih berpengalaman, Alamsyah Yunus, dalam dua gim 21-17, 21-10.
Sementara di segi peringkat, Jonatan juga mencatat prestasi spekatakuler. Masih menempati peringkat 628 yunior pada Mei 2013, ia langsung melonjak ke peringkat 51 pada Juli 2013. Sempat melorot ke posisi 76 pada September, Jo langsung meroket ke posisi 2 pada Januari 2014 ini.
Ia berada di bawah pemain India, Aditya Joshi. Namun, di peringkat BWF, Jonatan memiliki peringkat lebih tinggi daripada Joshi, yaitu 146 berbanding 308. "Saya belum pernah bertemu dengan dia. Namun, kalau lihat permainan, saya yakin mampu mengalahkannya," kata Jonatan.
Dengan lonjakan prestasinya ini, tak ayal bila Jonatan yang pernah jadi juara MILO School Competition lolos masuk Pelatnas Cipayung dan bergabung dengan para pemain nasional Indonesia. Ia mengaku tak merasa minder atau kecil hati bergabung bersama para pemain yang memiliki prestasi tinggi seperti Tommy Sugiarto.
"Saya justru merasa saya sudah berada di jalur yang benar. Sekarang saya mencanangkan target untuk berprestasi lebih baik atau mengalahkan prestasi para senior saya seperti Mas Sony (Dwi Kuncoro) atau Mas Tommy (Sugiarto) ataupun Mas Hayom (Rumbaka), " kata Jonatan lagi.
"Dari mereka, saya belajar bagaimana bersikap menghadapi aneka lawan dalam pertandingan, sementara saya juga bisa mempertahankan semangat untuk tidak mau kalah, yang memang menjadi modal saya," ungkapnya.
Sikap tidak mau kalah dan selalu belajar yang dimiliki Jonatan Christie ini memang menjadi modal utama seorang atlet menjadi besar. Seperti yang dihadapi Joantan sendiri saat mewakili Indonesia di ajang Asian Youth Games II di Nanjing, China, Agustus lalu. Saat itu, ia diharapkan dapat meraih emas buat kontingen Indonesia. Posisinya pun sangat diperhitungkan hingga situs resmi ajang tersebut menyebutnya dengan istilah "Jonatan, the player to watch".
Namun, ternyata ia gagal di perempat final setelah dikalahkan pemain China, Shi Yuqi, dalam dua gim 10-21, 21-23. "Saya sempat gugup di gim pertama, tetapi itu smeua karena jam terbang yang memang kurang sehingga gugup menghadapi tekanan penonton," kata Jonatan lagi.
Dengan peringkat di nomor dua yunior dunia, Jonatan memastikan diri lolos kualifikasi Olympic Youth Games 2014 yang juga akan berlangsung di Nanjing, China, pada Agustus 2014. "Saat Asian Youth Games II di Nanjing tahun lalu, saya mendapat pelajaran banyak. Selain mempelajari teknik permainan lawan, saya juga jadi tahu bagaimana China memancing penonton banyak datang ke stadion karena tahu kualitas pertandingan yang berlangsung."
Menurut Jonatan, semakin banyak pemain dengan kualitas seimbang, gairah penonton untuk menyaksikan pertandingan akan menjadi semakin besar. Karena itu, ia setuju sekali dengan kebijakan memberi kesempatan para pemenang MILO School Competition untuk bertanding dengan para atlet yang bergabung dengan pelatnas. "Rasanya lain karena dapat menaikkan kepercayaan diri. Tinggal bagaimana pemainnya saja, apakah ia ingin berprestasi lebih atau tidak."
Karena itu pulalah, Jonatan mengatakan siap tampil di pertandingan tingkat yunior di Tanah Air sekalipun termasuk PON Remaja 2014, yang akan berlangsung seusai Olympic Youth Games di Nanjing. "Saya belum tahu ikut atau tidak, tetapi kalau bisa mengapa tidak?"
Tentunya kehadiran pemain dengan magnet dan karisma seperti Jonatan Chrsitie akan memberi nilai sendiri buat Surabaya yang akan menjadi tuan rumah pertama penyelenggaraan PON Remaja. Selain dari prestasi, sosok Jonatan yang pernah bermain di film King akan menjadi daya tarik sendiri buat publik Surabaya yang memang fanatik bulu tangkis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.