Dengan tidak adanya big man baru, Canson lagi-lagi harus berharap lebih pada kapten tim, Andy "Batam" Poedjakesuma untuk melakukan lebih banyak rebound.
"Masalah utama tim ini adalah rebound. Jika saja tim ini punya rebounder yang andal, saya tidak perlu pusing karena artinya tim ini sudah komplit," kata Canson. "Bayangkan saja, rebounder terbaik saya adalah seorang wing, dan dia (Batam) adalah pemain paling tua di tim."
Dengan raihan 6,9 rebound per game pada musim kemarin, Batam memang menjadi rebounder terbaik PJ mengungguli Ponsianus "Komink" Indrawan dan Fidyan Dini. Berperan sebagai big man PJ, Komink dan Fidyan Dini seharusnya mengumpulkan lebih banyak rebound dibandingkan Batam, namun ternyata hasilnya tak seperti yang diharapkan.
"Masalahnya dengan Fidyan Dini, kita sudah tidak bisa memaksakan dia untuk mengumpulkan lebih banyak rebound karena dia bukanlah rebounder alami. Banyak orang berpikir bahwa bermain di posisi center artinya harus bisa rebound, namun pada kenyataannya tidak selalu seperti itu," jelas Canson.
Namun, Canson tidak terlalu khawatir dengan keadaan ini, karena menurutnya banyak tim-tim lain di NBL Indonesia yang memiliki masalah sama. "Bukan hanya di PJ, rebound juga menjadi masalah utama CLS dan Garuda. Itulah mengapa kita sering menang melawan mereka," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.