Li Na, 31, menjadi petenis pujaan negaranya setelah mampu menjadi juara turnamen Grand Slam Perancis Terbuka pada 2011. Namun, kebiasaan Li Na mengumbar emosi saat menghadapi kekalahan membuat dirinya menjadi sasaran kecaman.
Seperti saat ia menanggapi pertanyaan jurnalis Wang Zijiang dari kantor berita Xinhua seusai kekalahannya di babak kedua Perancis Terbuka serta perempat final Wimbledon. Saat itu, Zijiang bertanya apakah Li Na ingin menyampaikan pesan kepada para penggemar di China.
"Saya kalah dan itulah yang terjadi. Apakah karena itu saya harus berlutut dan kowtow (soja) kepada mereka? Harus meminta maaf kepada mereka?" kata Li Na saat diwawancara di Paris. Saat mengalami kekalahan di Wimbledon sebulan kemudian, Li Na juga menanggapi sinis pertanyaan serupa dari Zijiang. "Berani benar dia? Enggak malu ya?"
Gaya Li Na memang berbeda dengan atlet-atlet China lainnya yang selama ini berada dalam sistem pembinaan olahraga China yang tertutup. Para atlet China biasanya jarang berekspresi dan cenderung tertutup terhadap media.
Wang Zijinag, jurnalis yang berkedudukan di London, mengaku sempat kaget dengan reaksi Li Na. Menurutnya, posisi Li Na memang sangat penting buat media China sehingga sering kali media China hanya mengikuti keinginan bintang tenis tersebut.
"Banyak yang mengajukan pertanyaan hanya untuk menyenangkan dia. Ini yang membuat Li Na terkadang meremehkan media (China)," kata Wang. "Li Na terpengaruh dengan kondisi media ini. Ia sering bersikap kekanakan saat berhadapan dengan media."
Zhang Rongfeng, kolumnis olahraga Xinhua menyebut Li Na memiliki kepribadian labil. "Saat ia menang, sikapnya baik. Namun bila kalah, ia membawa sikap buruknya di lapangan ini saat bertemu dengan media."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.