Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ade Rai tentang Kematian Atlet Binaraga

Kompas.com - 09/10/2012, 12:41 WIB

JAKARTA, Kompas.com — Penggiat binaraga Indonesia, Ade Rai, mencoba memaparkan hal yang serius di olahraga tersebut dengan penyampaian lebih komunikatif.

Menurut Ade Rai, ada dua cara untuk membuat seorang atlet binaraga terlihat memiliki tubuh lebih besar dengan cara membesarkan badan atau mengecilkan kepala.

Untuk cara yang kedua, mengecilkan kepala tentu jauh lebih sulit. Seorang atlet bina raga harus berterima kasih kepada orangtuanya bila ia dilahirkan dengan memiliki kepala yang (tampak) lebih kecil dibandingkan dengan badannya.

Sementara cara pertama adalah cara yang lazim dilakukan atlet binaraga atau body builder. "Pembesaran otot dapat dilakukan melalui latihan rutin selama beberapa waktu. Karena latihan terus-menerus tersebut, otot dapat dibentuk sesuai keinginan kita."

Namun, menurut Ade, saat ini ada kecenderungan para calon dan atlet binaraga menggunakan jalan pintas untuk mencapai bentuk tubuh ideal. "Dengan pertolongan obat-obatan hormon maupun steroid, maka otot dapat dipacu berkembang lebih cepat," kata Ade.

Percepatan itu bahkan bisa memangkas pencapaian hasil dua hingga tiga kali lebih cepat. "Apa yang dengan latihan rutin dan normal dapat dicapai dengan lebih cepat," kata Ade lagi.

Akan tetapi, lanjut Ade, penggunaan obat-obatan hormon dan steroid secara serampangan nyatanya mampu menimbulkan efek buruk bahkan kematian pada beberapa atlet binaraga. Meski dalam kuantitas masih kecil, kasus kematian atau kerusakan organ tubuh pada atlet binaraga ataupun fitness setiap tahun meningkat.

"Memang dengan penggunaan obat-batan ilegal tersebut hasil lima tahun dapat dicapai dalam waktu dua tahun atau bahkan lebih cepat. Tetapi, si pemakai tidak menyadari bahwa pemakaian secara rutin itu dapat merusak hati dan ginjalnya," ungkap Ade.

Ia memberi contoh kematian atlet binaraga di wilayah Bandung dan SUkabumi. "Pernah ada seorang atlet binaraga yang tampil sebagai juara di sebuah turnamen body building. Di belakang panggung tiba-tiba ia jatuh pingsan dan mengalami koma selama empat hari sebelum meninggal," kata Ade. "Kalau begini, kan, yang kasihan keluarganya."

Namun, "gaya jalan pintas" ini juga dimungkinkan karena sistem pembinaan olahraga yang ada sekarang. "Seperti ikut kejuaraan nasional seperti PON. Yang menang di  PON saya tahu banyak yang mereka melakukan jalan pintas untuk mencapai bentuk badan ideal. Namun, dengan iming-iming bonus yang begitu besar, apa pun akan dilakukan," kata Ade.

Sementara sanksi yang diberikan sama sekali  tidak memiliki efek jera. "Bonus sudah mereka terima. Kalaupun berdasar pemeriksaan doping, mereka  terbukti bersalah, paling dia akan terkena skorsing atau larangan bertanding selama satu tahun. Setelah itu ia dapat bertanding lagi,"  ungkap Ade.

Karena itulah, Ade berharap sistem penjurian juga menekankan pada aspek natural body buliding dan fitness. Tubuh yang dinilai harus yang berkembang secara wajar, hasil latihan. "Toh di olahraga lain, seperti atletik, hasil yang dicapai berdasar doping atau bantuan obat-obatan juga tidak akan disahkan."

Untuk itulah, kualitas juri untuk mewaspadai hal ini memang harus ditingkatkan. "Para  juri atau atlet binaraga yang berpengalaman akan mudah mengetahui atlet yang menggunakan obat-obatan untuk membentuk otot tubuhnya. Kan tampak tidak wajar kalau seorang dengan tubuh pendek bisa memiliki  badan yang kelihatan jauh lebih besar daripada besar kepalanya."

Kalau itu namanya pentol korek api, De.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hasil Chelsea Vs West Ham 5-0: The Blues Pesta Gol, Lewati Man United

Hasil Chelsea Vs West Ham 5-0: The Blues Pesta Gol, Lewati Man United

Liga Inggris
Final Piala Thomas 2024: Jonatan Berusaha Melawan, demi Kebanggaan Bangsa

Final Piala Thomas 2024: Jonatan Berusaha Melawan, demi Kebanggaan Bangsa

Badminton
Hasil Final Thomas Cup 2024, Indonesia Runner-up Usai Fikri/Bagas Kalah

Hasil Final Thomas Cup 2024, Indonesia Runner-up Usai Fikri/Bagas Kalah

Badminton
Aji Santoso: Marselino Punya Bakat Komplet untuk Jadi Pemain Besar

Aji Santoso: Marselino Punya Bakat Komplet untuk Jadi Pemain Besar

Timnas Indonesia
Hasil Final Piala Thomas 2024: Jonatan Menang, Jaga Asa Indonesia

Hasil Final Piala Thomas 2024: Jonatan Menang, Jaga Asa Indonesia

Badminton
Final Thomas Cup 2024, Fajar/Rian Akui Lawan Lebih Berani dan Cerdik

Final Thomas Cup 2024, Fajar/Rian Akui Lawan Lebih Berani dan Cerdik

Badminton
Hasil Final Piala Thomas 2024: Fajar/Rian Kalah, Indonesia 0-2 China

Hasil Final Piala Thomas 2024: Fajar/Rian Kalah, Indonesia 0-2 China

Badminton
Alasan Staf Kemenpora Bocorkan Diskusi dengan Mancini soal Marselino dkk

Alasan Staf Kemenpora Bocorkan Diskusi dengan Mancini soal Marselino dkk

Timnas Indonesia
Final Thomas Cup 2024, Ginting: Saya Tak Bisa Keluar dari Tekanan Shi Yu Qi

Final Thomas Cup 2024, Ginting: Saya Tak Bisa Keluar dari Tekanan Shi Yu Qi

Badminton
Cerita di Balik Marselino dkk Curi Perhatian Roberto Mancini dan Asistennya

Cerita di Balik Marselino dkk Curi Perhatian Roberto Mancini dan Asistennya

Timnas Indonesia
Hasil Final Piala Thomas 2024: Ginting Takluk dari Shi Yu Qi, Indonesia 0-1 China

Hasil Final Piala Thomas 2024: Ginting Takluk dari Shi Yu Qi, Indonesia 0-1 China

Badminton
Alasan di Balik PSM Tak Konsisten Sepanjang Liga 1 2023-2024

Alasan di Balik PSM Tak Konsisten Sepanjang Liga 1 2023-2024

Liga Indonesia
Courtois Kembali Main Bela Real Madrid, Catat Clean Sheet

Courtois Kembali Main Bela Real Madrid, Catat Clean Sheet

Liga Spanyol
Line Up dan Link Live Streaming Final Piala Thomas 2024 Indonesia Vs China

Line Up dan Link Live Streaming Final Piala Thomas 2024 Indonesia Vs China

Badminton
Run The City Medan Diikuti 1.000 Pelari, Usung Konsep Point to Point

Run The City Medan Diikuti 1.000 Pelari, Usung Konsep Point to Point

Liga Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com