VIENTIANE, Kompas.com - Tim beregu putra Indonesia kembali terjungkal dan gagal ke final setelah dikalahkan Thailand 1-3 pada pertandingan semifinal tenis meja SEA Games 2009 Laos yang berlangsung di Komplek Universitas Nasional, Vientiane, Kamis.
Pada SEA Games 2007 lalu, Muhammad Husein dan kawan-kawan juga terhenti di semifinal setelah ditaklukkan Singapura.
Pada pertandingan yang juga disaksikan ketua kontingen Indonesia Alex Noerdin tersebut, Indonesia langsung tertinggal 0-2 setelah tunggal pertama Yon Mardiono menyerang tiga set langsung 5-11, 6-11, 8-11 kepada Phakpoom Sanguasin, disusul kekalahan Muhammad Husein kepada saudara Phakpoom, yaitu Puchong Sanguasin dengan skor 1-3 (6-11, 8-11, 11-7, 9-11).
Pemain senior David Jacob sempat memberikan harapan Indonesia ketika memperkecil ketinggalan 1-2 berkat kemenangan atas Chaisit Chaitat dengan skor 3-1 (11-7, 7-11, 11-7, 11-8).
Namun Muhammad Husein yang tampil pada partai keempat, gagal memperbesar peluang setelah menyerah 1-3 (11-7, 7-11, 7-11, 9-11) sehingga Indonesia yang mengusung target mencuri satu medali emas, gagal melangkah ke final.
Kegagalan beregu putra menyusul rekan putri mereka yang justru lebih tragis dibandingkan dengan di SEA Games 2007 karena kalah telak 0-3 tiga kali secara beruntun di penyisihan grup.
Usai pertandingan, pelatih Ismu Harinto mengakui bahwa sangat kecewa dengan kekalahan tersebut karena hasil yang diperlihat timnya tidak lebih baik dibanding dengan hasil dua tahun lalu di SEA Games 2007 Thailand.
Menurut Ismu yang mantan petenis meja nasional itu, kekalahan beregu putra lebih banyak disebabkan oleh sikap pemain pemain yang tampak terlalu bersemangat sehingga justru merusak permainan mereka sendiri. "Seperti yang diperlihatkan oleh Yon (Mardiyono) pada partai pertama yang tidak seharusnya kalah tiga set langsung. Yang menjadi masalah sebenarnya bukan faktor teknis, tapi lebih banyak faktor mental," kata Ismu.
Minimnya pengalaman bertanding di arena internasional juga memberikan pengaruh yang sangat besar bagi pemain, terutama kekuatan mental saat berada dalam situasi kritis. "Pemain Indonesia belum bisa mengatasi kondisi pada saat-saat kritis, inilah perbedaan mendasar jika dibandingkan dengan Gao Ning misalnya, yang tampak tenang meski pun berada dalam posisi kritis," kata Ismu.
Ismu menilai bahwa tim tenis meja Indonesia juga mengalami nasib sial di SEA Games 2009 Laos ini karena hasil undian yang membuat pemain harus langsung berhadapan pemain unggulan. "Dari hasil undian di nomor perorangan, pemain Indonesia sejak babak awal sudah langsung bertemu pemain Singapura yang sudah memiliki prestasi dunia. Ini tentu sangat merugikan karena bisa tersingkir lebih awal," katanya.
Melihat peta persaingan di Asia Tenggara, Indonesia sebenarnya tidak terlalu berharap banyak untuk bisa meraih emas di nomor apa pun karena begitu kokohnya dominasi Singapura yang diperkuat pemain kelahiran China, di antaranya Gao Ning dan Yang Zhi. "Kalau kalah lawan China bisa dimaklumi, tapi jangan sampai kalah oleh Thailand dan Vietnam," kata Ismu.