JAKARTA, KOMPAS.com - Djarum Indonesia Open Super Series 2009 melahirkan bintang baru. Tunggal putri India, Saina Nehwal, tiba-tiba saja bersinar terang di turnamen berhadiah 250.000 dolar AS tersebut setelah menjadi juara usai mengalahkan pemain China yang menjadi unggulan kedua, Wang Lin, dalam pertarungan rubber set.
Tak pelak, suporter yang memadati Istora Senayan Jakarta mengelu-elukan pemain berusia 19 tahun tersebut. Dalam sekejab, Saina yang pada awal turnamen ini tak mendapat perhatian, berubah menjadi sosok sentral usai pertandingan final tunggal putri, Minggu (21/6).
Standing ovation penonton Indonesia, plus suporter India, menyertai langkah Saina ketika meninggalkan lapangan pertandingan, menuju ke podium juara. Dia dipuja layaknya pahlawan Indonesia. Ini yang membuat Saina sangat terkesan.
Tapi lebih dari itu, Saina menjadi juara karena dia telah menunjukkan usaha dan disiplin yang hebat. Nyalinya tak ciut meskipun lawan yang dihadapi pada partai puncak adalah pemain nomor satu China, dan dia menjalankan dengan penuh tanggung jawab setiap instruksi pelatih.
"Saya nyaris tak percaya bisa menang, apalagi melihat lawan yang dihadapi. Tapi dengan kerja keras saya bisa meraihnya. Ini bisa menjadi motivasi untuk pertandingan-pertandingan selanjutnya," ungkap Saina yang kini tercatat sebagai wanita India pertama yang juara di turnamen super series.
Ya, Saina yang tahun lalu menjadi juara dunia junior memberikan sebuah pelajaran bagi semua olahragawan, bahwa usaha keras dan disiplin menjadi kunci keberhasilan. Dengan senjata tersebut, siapa pun lawan yang dihadapi pasti bisa ditaklukkan. Inilah yang membuat dia optimistis menyambut Kejuaraan Dunia bulan Agustus nanti di Hyderabad, India, kampung halamannya.
Hal itu dibenarkan oleh Atik Jauhari. Pelatih yang sukses membawa Saina meraih prestasi tertinggi dalam kariernya itu mengakui, pemain binaannya tersebut sangat disiplin dan serius ketika melakukan latihan maupun menjalankan instruksinya.
"Ketika kalah di set pertama, saya berusaha memotivasinya untuk tetap fokus pada pertandingan. Dan, saya juga meminta dia untuk menjalankan instruksi dengan lebih banyak bermain reli, selain netting yang menjadi kelebihannya. Benar, dia akhirnya bisa menang di dua set selanjutnya," ungkap Atik yang pernah melatih di Pelatnas selama 27 tahun.
Seharusnya Indonesia juga bisa
Berbanding terbalik dengan India, Indonesia justru gagal total di kejuaraan ini karena tidak bisa meraih satu gelar pun--seperti yang terjadi pada tahun 2007. Sektor tunggal putri lebih memprihatinkan karena langkah terjauh adalah perempat final, itu pun diraih pemain non-Pelatnas Maria Febe Kusumastuti (PB Djarum).