BOSTON, Kompas.com - Pemain NBA asal Turki, Enes Kanter mengaku keinginan merasakan gelar juara NBA membuat dirinya memutuskan pindah dari Portland Trail Blazers ke Boston Celtics.
Selama delapan tahun berkarier di NBA, Kanter baru merasakan final wilayah tahun lalu bersama Portland.
Namun, setelah berstatus agen bebas, Kanter memilih untuk hengkang ke Celtics dengan alasan kuat.
"Ini merupakan tahun kesembilan saya di NBA dan saya sangat mengerti bahwa uang adalah faktor yang penting," kata Kanter.
"Namun buat saya, hal paling peting adalah bergabung bersama tim yang bisa bersaing untuk menjadi juara. Ini hal penting buat saya. Buat orang lain, uang paling penting. Buat saya, yang utama adalah menjadi juara."
Tim Celtics musim 2019-2020 akan mengandalkan Kemba Walker. Ia pula yang berperan besar bergabungnya Kanter ke Celtics.
"Dia sepantaran dengan saya," kata Kanter. "Jadi saya telah memperhatikannya sejak ia bergabung di UConn."
"Saya tahu persis seperti apa karakternya juga sebagai pemimpin.Ia tipikal pemimpin yang mampu membuat orang sekitarnya bermain lebih baik. Ia luar biasa di dalam dan luar lapangan. Dia salah satu alasan utama saya memilih Boston. Saya ingin bermain bersama Kemba," kata Kanter lagi.
Di sela keputusannya bergabung dengan Celtics, Kanter juga menjadi sorotan media berkaitan dengan aktivitas politiknya.
Dia memang dikenal sebagai pendukung tokoh oposisi Fethulah Gulen yang merupakan lawan politik Presiden Turki saat ini, Tayyip Erdogan.
Kanter memilih bermukim di AS dan meninggalkan keluarganya yang kini mengalami tekanan politik dari pemerintah Erdogan yang ingin mengekstradisi Kanter.
Pekan lalu, ia berbicara dengan anggota Kongres Amerika tentang tindak opresif yang dilakukan pemerintah Erdogan terhadap lawan-lawan politiknya.
Ia juga sempat mengritik Pusat Islam di New York (ICNY) atau Mesjid New York yang membatalkan acara pusat latihan basket yang dibuat oleh Kanter.
Menurut Kanter pihak Mesjid New York membatalkan acara yang digagasnya karena adanya tekanan dari pihak Konsulat Turki di New York City.
Ia mengecam pihak Mesjid New York yang disebutnya, "tunduk kepada pemerintahan seorang Diktator."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.