"Korban" Neymar Kembali Ditinggal Kuasa Hukum

RIO DE JANEIRO, Kompas.com -  Najila Trindade Mendes de Souza, wanita yang mengaku jadi korban perkosaan bintang sepakbola Brasil, Neymar Jr kembali ditinggalkan oleh kuasa hukum yang menangani perkaranya.

Pengacara Danilo Garcia de Andrade menarik kesediannya untuk menjadi kuasa hukum Najila setelah si wanita mempertanyakan kompetensi si pengacara.

Najila menuduh Neymar melakukan tindak kekerasan seksual dan memperkosanya saat ia mengunjungi ibu kota Perancis, Paris bulan lalu. Neymar sendiri telah membantah kejadian tersebut.

Danilo Garcia mengambil alih urusan tuntutan ini dengan menjadi kuasa hukum Najila pekan lalu. Namun beberapa hari kemudian ia mengatakan mempertimbangkan untuk mundur karena si korban belum dapat mengajukan bukti baru.

Danilo Garcia menyebut dirinya ingin melihat isi video  berdurasi 7 menit yang merekam kejadian tindak kekerasan di kamar hotel di Paris tersebut.  Gambar ini direkam dengan sebuah tablet yang ia sebut telah hilang setelah rumahnya dibongkar maling.  Namun kesaksian ini dibantah pemilik rumah yang menyebut tidak pernah ada peristiwa kemalingan di rumah yang disewa Najila.

Sebelumnya, kuasa hukum Najila mengundurkan diri karena pada tuntutan pertama kliennya menyebut menjadi korban tindak kekerasan dan bukan perkosaan. Kuasa hukum kedua mengundurkan diri setelah sempat membantu Najila.

Najila menyerahkan bukti rekaman  kepada kepolisian Sao Paulo, Jumat pekan lalu. Namun setelah itu, Danilo Garcia mengutarakan kekecewaannya tentang kliennya. "Seorang klien seharusnya tidak mempertanyakan  kompetenis kuasa hukumnya. Terlebih yang mendampinginya di kantor polisi."

Neymar sendiri gagal memperkuat timnas Brasil dalam Copa America 2019 karena mengalami cedera dalam pertandingan persahabatan menghadapi Qatar. Ia kemudian datang menjalani pemeriksaan di kantor kepolisian dengan menggunakan kursi roda.

Neymar menjalani pemeriksaan atas kasus penyebaran pesan dan gambar WA bernada pornografi dari Najila ke media sosial. Neymar membantah dirinya melakukan penyebaran pesan tersebut dan menyebut seorang asisten dan teknisi sebagai pelakunya.