Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Bandung Rindukan Turnamen Bulu Tangkis Level Internasional

Kompas.com - 21/02/2019, 14:45 WIB
Nugyasa Laksamana,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Bandung dan kota-kota lainnya di Provinsi Jawa Barat memiliki sejarah melahirkan sejumlah pebulu tangkis papan atas. Sebut saja Taufik Hidayat, Ricky Subagja, Susy Susanti, Candra Wijaya, hingga kini Anthony Sinisuka Ginting.

Namun ironisnya, menurut Manajer klub PB Mutiara Cardinal Bandung, Umar Djaidi, masyarakat Kota Kembang jarang menyaksikan para bintang tersebut bertanding secara langsung.

Salah satu faktornya, kata Umar, adalah tak tersedianya stadion indoor di Bandung dan sekitarnya yang memiliki standar internasional.

Baca juga: Tiket Djarum Superliga Badminton 2019 Hari Ini Ludes Terjual

"Kita kan tahu pemain-pemain seperti Taufik, Susy, Ricky, dan Candra itu berasal dari Jawa Barat. Tetapi betapa menyedihkannya, ketika para pemain itu masih aktif, publik Bandung dan sekitarnya jarang menyaksikan mereka bertanding di Bandung," kata Umar kepada Kompas.com pada sela turnamen Djarum Superliga Badminton 2019, Minggu (17/2/2019).

"Di Bandung tidak ada tempat bulu tangkis ideal yang bisa menyelenggarakan turnamen besar. Kami sendiri sebagai orang bulu tangkis di Bandung mengelus dada," tutur dia.

Manajer PB Mutiara Cardinal Bandung, Umar Djaidi.KOMPAS.COM/NUGYASA LAKSAMANA Manajer PB Mutiara Cardinal Bandung, Umar Djaidi.

Selama ini, Bandung memang memiliki beberapa lapangan bulu tangkis, salah satunya GOR KONI di Jalan Jakarta. Akan tetapi, untuk menggelar turnamen sekelas Indonesia Open, tempat itu jelas tak memenuhi standar.

Indonesia Open memang pernah hadir di Bandung, tetapi pada 1991 (10-14 Juli 1991). Saat itu, Indonesia meraih dua gelar juara, yakni Ardy Wiranata (tunggal putra) dan Susy Susanti (tunggal putri).

Beberapa kota lain juga sempat menjadi tuan rumah Indonesia Open, tetapi sejak 2007 selalu diselenggarakan di Jakarta.

Gedung indoor Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) yang menjadi lokasi turnamen Djarum Superliga Badminton 2019 pun sebenarnya bukan tempat khusus olahraga.

Sabuga hanyalah gedung serbaguna yang kemudian disulap oleh panitia turnamen menjadi lapangan bulu tangkis.

Oleh karena itu, dengan adanya Djarum Superliga Badminton 2019 di Sabuga, Umar berharap pemangku kebijakan bisa tergerak untuk membuat sebuah stadion indoor olahraga berstandar internasional di Jawa Barat.

Umar menyebut stadion indoor itu nantinya bisa juga digunakan untuk cabang olahraga lain, atau berbagai kegiatan di luar olahraga seperti halnya Istora Senayan.

"Penyelenggaraan Superliga ini harusnya menjadi bentuk kritik kepada pemangku kebijakan di Bandung. Coba bikin stadion indoor yang bisa memuat 4.000 hingga 5.000 penonton," kata Umar.

"Saya kira ini menjadi bentuk suara saya sebagai salah satu orang bulu tangkis Jawa Barat. Semoga setelah Superliga ini, Bandung tidak lama lagi punya stadion indoor," ucap dia menambahkan.

Baca juga: Lewat Video, Krishna Murti dan Gede Widiade Bantah Tudingan soal Teror

Animo masyarakat Bandung terhadap penyelenggaraan Djarum Superliga Badminton 2019 sendiri tergolong tinggi.

Terbukti, pada hari ini, Kamis (21/2/2019), tiket pertandingan semua kategori telah habis terjual.

Total kapasitas tribune di Sabuga untuk ajang ini mencapai 1.365 kursi, dengan rincian 643 kategori reguler, dan 722 untuk kategori VIP.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com