SOLO, KOMPAS.com - Usia yang tidak lagi muda serta cedera di kedua kakinya tidak menyurutkan perjuangan Hary Susanto untuk membela Indonesia di Asian Para Games 2018.
Hary mengalami kecelakaan yang membuat kakinya terluka parah pada 1997. Akibat kecelakaan itu, kaki kanan Hary tidak bisa lagi berfungsi normal.
"Saat itu, saya masih kuliah. Saya naik sepeda motor dibonceng seorang teman lalu kami tertabrak mobil pick up," tutur atlet para badminton Indonesia itu saat berbincang dengan Kompas.com seusai latihan di GOR Sritex Arena, Solo, Jumat (30/9/2018).
"Tulang sendi di paha saya remuk. Saya sempat tidak bisa berjalan, tapi kemudian berlatih sedikit demi sedikit dengan menggunakan kruk," ujar Hary mengenang perjuangannya pulih dari kecelakaan.
Sebelum mengalami kecelakaan itu, Hary memang telah rutin bermain bulu tangkis. Namun, dia hanya bermain untuk menyalurkan hobi.
Tidak disangka, hobi itu justru mendatangkan prestasi tinggi. Dia mulai kembali belajar bermain bulu tangkis secara serius setelah kecelakaan. Harry kemudian kerap mengikuti berbagai kejuaraan bulu tangkis khusus atlet berkebutuhan khusus.
Prestasi demi prestasi berhasil diukir Hary. Kini, dia menduduki peringkat pertama dunia untuk nomor ganda putra kelas SL 3 dan SL 4 bersama pasangannya, Ukun Rukaendi, di BWF Para Badminton World Ranking.
Bersama Leani Ratri Oktila, Hary juga menempati peringkat pertama dunia untuk nomor ganda campuran kelas SL3-SL 5.
Hary menyumbangkan satu medali emas untuk Indonesia di Asian Games 2014, Incheon, Korea Selatan.
Baca Juga:Jelang Asian Para Games 2018 - Pengunjung Difabel Komentari Fasilitas di Istora Senaya
Sayangnya, cedera kembali menimpa Hary pada 2015 lalu. Otot kaki sebelah kirinya sobek saat latihan mempersiapkan penampilan Asean Para Games 2015. Akibatnya, dia harus menjalani operasi dan batal mengikuti kejuaraan dunia para badminton di Solo tahun itu.
Hary membutuhkan hingga enam bulan untuk pulih dari cedera parah itu. Meski telah pulih, kaki kiri Hary tetap tidak bisa berfungi seperti sedia kala. Kini, kaki kanan dan kirinya sama-sama tidak dalam kondisi prima.
Kendati demikian, Hary mampu segera bangkit dan berlaga di Asean Para Games 2015 di Singapura. Dia bahkan sukses merebut dua medali emas untuk nomor tunggal dan ganda putra di Singapura.
Meski usianya tidak lagi muda, performa Hary tidak pernah menurun. Di lapangan, atlet 43 tahun itu mampu menjadi ancaman bagi musuh-musuhnya yang berusia lebih muda.
Kali terakhir, Hary memborong tiga medali emas untuk Indonesia di Asean Para Games 2017, Kuala Lumpur Malaysia. Dia juga meraih dua medali emas di kejuaraan dunia para badminton di Korea Selatan tahun lalu.
Hary akan turun di tiga nomor sekaligus pada Asian Para Games 2018, yakni ganda putra, ganda campuran, dan beregu. Dia mengaku tidak akan mengandalkan otot untuk bertanding, melainkan lebih bermain strategi.
"Untuk menghadapi lawan-lawan yang muda, saya tak mau mengandalkan otot, saya akan mengandalkan strategi," ujar Hary.
"Kami sudah menjalani pelatnas selama 10 bulan. Kini, saatnya fokus menghadapi pertandingan," kata Hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.