JAKARTA, KOMPAS.com - Suara Tri Eklas Tesa Sampurno terkesan meninggi saat dirinya menceritakan pengalaman hidupnya. Pria kelahiran Bandung pada 3 September 1984 ini adalah Orang Dengan HIV AIDS (ODHA).
"Banyak yang masih menganggap ODHA itu orang yang terbaring lemas di tempat tidur, tinggal tulang berbalut kulit dan kentut," tutur pria yang karib disapa Tesa itu pada Kamis (20/9/2018).
Padahal, sebagaimana ditekankan kembali oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Wiendra Waworuntu dalam kesempatan itu, ODHA bisa hidup biasa dengan orang lain.
"Yang penting, ODHA harus tetap rajin minum obat," tuturnya dalam kesempatan tersebut.
Memang, Tesa tidak sendirian. Bersamanya ada tiga orang rekannya yang juga ODHA yakni Eva Dewi, Ade Fikran, dan Sepi Maulana Ardiansyah.
Berempat, sebagaimana disampaikan oleh Country Director UNAIDS Indonesia Krittayawan Boonto, juga dalam kesempatan itu, akan tampil pada pergelaran Jakarta Marathon 2018.
"Acaranya pada Minggu 28 Oktober," kata perempuan asal Thailand yang karib disapa Tina itu.
Stigma dan diskriminasi
Menurut rencana, Tesa akan mengikuti kategori full marathon atau menempuh jarak 42,195 kilometer pada pergelaran lari yang tahun ini disponsori oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) tersebut.
"Saya ikut yang 10 kilometer," tutur Eva, satu-satunya ODHA perempuan pada kegiatan itu.
Sementara, Ade Fikran bakal berlaga pada kategori half marathon atau 21 kilometer.
"Saya juga ikut di half marathon," tutur Sepi Maulana Ardiansyah yang akrab dipanggil Davi.
Catatan dari pelatih para ODHA itu, Andri Yanto, pada perhelatan Jakarta Marathon 2017, ada sekitar 16.000 peserta yang ikut ambil bagian.
"Start dan finish akan berlangsung di area Gelora Bung Karno," pungkas Andri Yanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.